Begitu memasuki jantung kota, jejalanย manusia pun tak terhindarkan. Situasi makin parah mengingat ruang untuk pejalan kaki di sana sempit dan berliku. Kecuali, jika kita ingin berekspedisi menggunakan waterbus, sarana transportasi utama di Venesia.
Namun, agaknya menggunakan moda transportasi air bukan pilihan yang cocok jika mengandalkan low budget trip di Venesia. Pasalnya, harga tiket sekali jalan adalah 6,5 euro atau sekitar Rp 100 ribu. Bisa dibayangkan berapa dana yang harus dikeluarkan jika harus bolak-balik menyusuri kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Bagiatti, salah seorang lokal penarik sampan gondola, sekarang ini karnaval topeng di Venesia tak lagi menarik.ย "Ada tidak ada karnaval, kami memang suka pakai topeng. Karnaval ini hanya penanda saja," ujarnya.
Memang, jangan bayangkan karnaval topeng ini sebagaimana show parade sirkus. Ternyata karnaval Venesia hanyalah unjuk topeng dan kostum masquarade para warganya yang terbuka di area publik. Di jantung kota, tepatnya di Piazza Saint Marco dan sepanjang kanal Venesia, mereka berseliweran memamerkan desain kostum dan topeng eksentriknya. Berfoto, bergaya, serta demonstrasi atraksi merekalah yang acapkali menyita perhatian turis. Meski demikian, official menyediakan sebuah panggung utama di tengah kota untuk pagelaran festival utama.
Tradisi bertopeng memang sejak abad 13 dianut oleh para Venetian. Saat itu, Venesia yang hanya dihuni 150 ribu penduduk, menjadi salah satu daerah yang paling berjasa memberi kontribusi ekonomi terhadap Italia. Terutama dari sektor perdagangan maritim. Tak heran bila warga Venesia saat itu sangat kaya dan sejahtera. Status kaya dan terpandang membuat banyak warganya menjadi tak leluasa dalam bergerak sehari-hari. Seakan-akan, setiap gerak dan langkah menjadi sorotan tajam publik.
Dari situlah, otoritas Venesia melegalkan penggunaan topeng dalam kehidupan sehari-hari.ย Menggunakan topeng saat itu juga diharapkan menjadi media asimilasi antara si kaya dan si miskin. Namun seiring dengan waktu, penggunaan topeng mulai disalahgunakan. Topeng justru menjadi sarana memperlancar kejahatan dan kegiatan seksual menyimpang di Venesia. Berangkat dari demoralisasi masyarakat inilah, berangsur-angsur topeng akhirnya dilarang secara luas. Kini, topeng hanyalah menjadi salah satu festive tahunan yang tersohor di pulau kecil Italia itu.
Meski tinggal semacam simbolisasi daerah, karnaval topeng Venesia telah mendatangkan devisa dan keuntungan besar bagi Italia. Padahal tanpa ada embel-embel karnaval saja, turis sudah membanjiri Venesia untuk merasakan waterway yang memang merupakan salah satu terbaik di dunia. Artinya, tak bisa dipastikan juga jutaan turis yang datang ke Venesia saat ini, karena ruh dari karnavalnya saja. Yang jelas, karnaval telah menggandakan keuntungan bagi Venesia dari sisi pariwisata.
"Semua turis saya beri bonus hari ini karena karnaval hampir usai," ucap riang Mico, penjual suvenir yang mengaku telah meraup ribuan euro sepanjang 2 minggu karnaval digelar. Agaknya, Mico dan ratusan pedagang suvenir tak perlu khawatir akan pendapatan harian, jika pun karnaval usai. Toh,ada atau tak ada karnaval, Venesia akan selalu menjadi magnet tersendiri bagi para turis di dunia.
(sal/nrl)