Sudah tiga bulan lamanya, sejak 10 November 2008 silam, Dorkas Silitonga hanya bisa berbaring di tempat tidur. Untuk makan dan minum saja Dorkas harus dibantu selang infus yang masuk melalui hidungnya.
Nasib malang itu menimpa diri Dorkas hanya berselang sehari setelah dia melahirkan anak pertamanya melalui operasi caesar. Dorkas dan suaminya telah menanti selama 6 tahun untuk memiliki anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sang suami, Ramli Simanjuntak, yang kebetulan sedang berada di Lampung mengatakan, mereka berdua intens melakukan komunikasi via telepon perihal kelahiran buah hati pertama.
"Kita terus teleponan sampai pagi," kata Ramli saat ditemui detikcom di rumahnya, Jl Cagar Alam, Kampung Kavling RT 02/17, Pancoran Mas, Depok, Minggu (15/2/2009) malam.
Keesokan harinya, kebahagian itu berubah menjadi malapetaka. Entah mengapa, tiba-tiba saja Dorkas mengalami kejang-kejang hebat. RS Bhakti Yudha angkat tangan mengatasi penyakit Dorkas. Akhirnya Dorkas dirujuk ke RS Mitra Keluarga, Depok, untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
"Hingga kini, istri saya nggak bisa apa-apa lagi," ujar Ramli sedih.
Sejak 17 Desember lalu Dorkas sudah dibawa kembali ke rumahnya. Pihak keluarga mengaku tidak sanggup membayar biaya perawatan yang sudah mencapai Rp 250 juta.
Kondisi Dorkas pun tidak jauh berbeda dari saat pertama kali dirinya dibawa pulang ke rumah. Hanya infus serta obat-obatan yang menopang agar dirinya tetap bertahan hidup.
Kasus ini mengingatkan kita pada kasus serupa yang pernah menimpa Ny Agian. Setelah melahirkan anak keduanya melalui operasi caesar pada tanggal 21 Juli 2004, Agian mengalami koma selama hampir 1 tahun.
Ada dugaan Agian merupakan korban malpraktek. Namun yang lebih membuat heboh adalah permintaan dari suami Agian, Hasan Kusuma, agar isterinya disuntik mati (euthanasia) karena dirinya tak lagi mampu menanggung biaya perawatan Agian.
Simpati pun berdatangan dari para pejabat. Menkes Siti Fadilah Supari tergugah. Depkes pun menanggung seluruh biaya medis Agian. Bantuan dari masyarakat pun mengalir, yang kemudian ditampung melalui sebuah yayasan.
Dalam perkembangannya, setelah koma hampir satu tahun di RSCM, kondisi kesehatannya berangsur-angsur membaik. Ny Agian kemudian minta pulang dan oleh pihak RSCM dipindah ke RS Marzuki Mahdi Bogor pada 8 September 2005. (mok/sho)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini