Hampir setiap negara memilik pasukan antiteror. Umumnya mereka adalah pasukan elit di tubuh militer atau kepolisian. Dipilih dan diseleksi dari satuan-satuan yang ada. Hanya yang terbaik yang bisa bergabung.
Usai seleksi, pelatihan berat menanti. Mulai dari dar..der..dor, intelijen, sabotase, gerilya, anti-gerilya dan sejumlah pelatihan khusus yang tidak dimiliki satuan reguler.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembentukan pasukan khusus ini mulai dirasakan perlu usai perang dunia ke II. Semenjak perang dunia II berakhir, kecendrungan peperangan bergeser. Dari perang konvensional antar negara menjadi peperangan melawan aksi terorisme.
Sejumlah nama pasukan antiteror pun melegenda, seiiring dengan keberhasilan mereka melawan aksi terorisme. Inggris dengan Pasukan SAS (Special Air Service), Prancis dengan GIGN (Groupe d'Intervention de la Gendarmerie Nationale) dan Jerman dengan GSG 9 der Bundespolizei (Grenzschutzgruppe 9).
Selain itu ada Sayeret Matkal yang dimiliki Israel yang melegenda berkat keberhasilannya membebaskan sandera dalam operasi Entebbe di Uganda. AS pun memiliki Delta Force dan Navy SEAL, plus satuan SWAT pada unit kepolisiannya.
Indonesia pun tidak mau kalah. Sat-81 Gultor Kopassus, Denjaka TNI AL, Den Bravo-90 TNI AU, dan Densus 88 adalah beberapa nama pasukan antiteror Indonesia. Keberhasilan pasukan Indonesia membebaskan sandera dalam operasi Woyla di Bangkok pada tahun 1981 dan pembebasan sandera di Mapenduma, Papua pada tahun 1996, membuat nama pasukan antiteror Indonesia disejajarkan dengan pasukan elit lainnya di dunia.
(rdf/rdf)