Indonesia Kekurangan Ahli Gempa

Indonesia Kekurangan Ahli Gempa

- detikNews
Sabtu, 20 Des 2008 18:55 WIB
Yogyakarta - Seluruh kawasan di Indonesia merupakan wilayah rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Namun jumlah ahli mengenai kegempaan di Indonesia sangat sedikit, padahal Indonesia juga merupakan supermarket bencana.

Hal itu diungkapkan Supartoyo, surveyor pemetaan madya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam acara sosialisasi badan geologi di Hotel Inna Garuda, Jl Malioboro, Yogyakarta, Sabtu (20/12/2008).

"Sangat sedikit bila dibandingkan dengan Jepang atau negara-negara lain. Sekitar 10-an orang. Kalau ahli gunung api sudah lumayan banyak lebih dari 20-an orang," kata Supartoyo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, jumlah itu tidak sebanding dengan luas wilayah Indonesia. Padahal wilayah Indonesia merupakan supermarket bencana baik gempa bumi maupun tsunami. Selain itu di Indonesia tidak fakultas atau jurusan khusus di perguruan tinggi mengenai rekayasa kebumian dan earthquake engineering.

"Masalahnya riset mengenai kegempaan merupakan lahan yang kering. Bukan lahan yang basah sehingga tidak banyak yang berminat," katanya.

Menurut Supartoyo, semua wilayah di Indonesia adalah rawan bencana karena merupakan
pertemuan 3 lempeng tektonik dunia yakni lempeng benua Eurasia, Lempeng samudera
Indo-Australia dan lempeng Samudera Pasifik. Namun wilayah yang paling rawan, baik gempa bumi dan tsunami diantaranya Pulau Sumatera dan sebagian wilayah Indonesia Timur seperti NTT dan Maluku. Demikian pula di bagian selatan Jawa juga daerah rawan.

Dia mengatakan setiap tahun rata-rata terjadi antara 5 - 12 kejadian gempa bumi yang merusak di Indonesia. Antara tahun 2000-2008, kejadian gempa bumi terbesar terjadi pada tahun 2003 dan 2006. Pada tahun 2000-2002 terjadi 5 kali gempa yang merusak. Pada tahun 2003 sebanyak 10 kali. Pada tahun 2004 sebanyak 9 kali.

Selanjutnya pada tahun 2005 terjadi sebanyak 11 kali. Pada tahun 2006 terjadi sebanyak 12 kali. Sedang pada tahun 2007 dan 2008 terjadi sebanyak 8 kali.


"Tahun 2006 wilayah Yogya dan Jawa Tengah juga terjadi gempa darat yang merusak hingga ada korban jiwa. Demikian pada tahun berikutnya di Sumatera Barat serta di wilayah Sulawesi," katanya.

Karena Indonesia merupakan wilayah supermarket bencana dia menyarankan perlu adanya penataan ruang yang baik. Tidak perlu adanya relokasi.

"Kalau mau membangun rumah, jangan hanya membuat bangunan tembok yang asal-asalan tapi diperlukan perhitungan cermat mengenai kekuatan fondasi. Jangan membangun rumah dengan tanah uruk. Bangunan semi permanen justru lebih baik," pungkas dia.

(bgs/gah)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads