Tradisi itu bahkan telah berlangsung lama. Namun belakangan, sejumlah tokoh komunitas di Shanghai merasa jengah melihat kebiasaan warganya itu. Mereka pun berupaya menghapus tradisi itu.
Komite daerah Rixin misalnya, telah memulai kampanye untuk menghilangkan kebiasaan lama warganya memakai piyama di jalan-jalan umum pada siang hari. Demikian diberitakan media pemerintah Youth Daily seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (12/12/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Guo, para pemakai piyama merupakan "polusi visual" dan hal yang memalukan bagi kota tersebut.
Kebiasaan warga Shanghai mengenakan piyama di tempat publik muncul seiring reformasi ekonomi China dalam 30 tahun terakhir. Bahkan kemudian, mengenakan piyama menjadi simbol kemakmuran. Sebab itu berarti orang-orang tidak tidur dengan memakai pakaian lama yang lusuh.
Bagi sebagian warga Shanghai, memakai piyama di luar rumah lebih sebagai gaya hidup. Bagi warga di luar Shanghai, fenomena ini dianggap sebagai bagian dari daya tarik Shanghai.
Menurut warga Shanghai, piyama sangat bisa diterima. "Piyama juga jenis pakaian. Itu nyaman dan sama sekali bukan hal penting karena semua orang memakainya di luar rumah," tegas seorang pensiunan.
Sebenarnya kampanye anti-piyama Rixin ini bukan yang pertama kali terjadi. Pada tahun 1990-an, pejabat-pejabat Shanghai pernah memasang peringatan-peringatan dan menggalakkan kampanye edukasi agar masyarakat tidak berkeliaran di luar rumah dengan pakaian tidur. Namun para pejabat itu akhirnya menyerah. Kampanye pun berakhir tanpa hasil. (ita/iy)











































