Sate Ayam dan Tari Saman di Bazar Internasional PBB

Laporan dari Austria

Sate Ayam dan Tari Saman di Bazar Internasional PBB

- detikNews
Minggu, 07 Des 2008 08:31 WIB
Wina - Sekitar 100 ribu orang pada hari Sabtu (6/12/2008) memadati gedung Austria Center di kompleks Markas PBB di kota Wina. Tak lain dan tak bukan adalah untuk menyaksikan perhelatan besar bertajuk International Bazaar yang melibatkan peserta dari berbagai negara.

Dalam acara ini, setiap negara berlomba unjuk kreasi dan atraksi keistimewaan budaya masing masing-masing. Berjejer stand menyajikan aneka ragam kerajinan dan makanan khas dari tiap negara. Tidak ketinggalan pula kontingen Indonesia ambil bagian.

"Syal batik menjadi primadona di stand kerajinan, sementara sate ayam jadi menu favorit di stand makanan," ungkap Manis Sugeng, salah satu penjaga stand. Meskipun sate ayam dijual seharga 1 Euro pertusuk, atau sekitar Rp 15 ribu, namun dari 1.000 tusuk yang disediakan, ludes dalam waktu relatif cepat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Acara International Bazaar ini tidak semata mata untuk tujuan komersil saja, namun juga untuk menggalang dana kemanusiaan. "50 Persen dari hasil penjualan makanan maupun kerajinan Indonesia ini akan disalurkan untuk menyantuni anak anak putus sekolah dan orang kurang mampu di seluruh dunia melaui UNWG (United Nation Women Guild-salah satu anak organisasi PBB)," kata Ros Mauritz Tobing, koordinator stand kontingen tanah air.

Di hall lain di dalam gedung, sebuah panggung pentas digelar. Setiap perwakilan negara berpartisipasi menyuguhkan kekayaan kebudayaannya. Sebagian besar menampilkan tarian tradisional negara masing masing. Namun, karena sebagian besar tarian yang ditampilkan umumnya terus menerus identik dengan tarian Barat, pengunjung tampak mulai bosan.

Dan akhirnya, kontingen Indonesa bisa menghidupkan suasana hall kembali. Grup kesenian Gema Puspa Nusantara ke sekian kalinya memukau penonton. Agaknya, Tari Saman yang dikomandoi oleh Havleoni Revinda dan diperagakan 21 remaja Indonesia ini, mendapat applause paling meriah dibanding persembahan tarian dari negara lain.

Selama kurang lebih 8 menit, penonton dibuat menahan nafas ketika tangan, kepala, dan badan para penari Saman bergerak serempak membentuk konfigurasi. "Saya tak bisa membayangkan kalau kepala mereka terbentur, tapi ini benar benar berbeda dibanding yang lain," kata Phillip, salah seorang penonton yangย  mengenal Saman dengan sebutan Dance of Thousand Hands.

Menyaksikan gelaran budaya tanah air mendapat sambutan hangat dari publik luar negeri sesaat bisa membuat kita sebagai warga Indonesia sejenak tergetar, betapa berharganya kebudayaan Indonesia di mata dunia. Hmm, rupanya Philip, dan mungkin ribuan penonton lain yang ada di hall Austria Center tak tahu, Saman hanyalah sebagian kecil dari kekayaan budaya Indonesia yang istimewa. Di luar tari Saman, dari Sabang hingga Merauke, Indonesia masih memiliki kekayaan tradisi dan budaya lain yang juga istimewa. (sal/ken)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads