Tak begitu susah mencari jejak lokasi pedagang makanan dari daging anjing di Bali. Jika melintas di ruas jalan Hayam Wuruk, Denpasar, terdapat plang kecil yang hanya bertuliskan RW.Β Petunjuk itu saja cukup untuk mengetahui bahwa lokasi warung sate anjing sudah dekat.
Sebelum merebaknya isu rabies serta ditetapkannya Bali dalam status KLB rabies oleh pemerintah Provinsi Bali, peminatnya tetap membludak. Para pembeli biasanya memadati warung RW Atambua milik Theodorus Manek pada sore hingga malam hari. Namun, kini pembelinya menururn drastis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manek menceritakan bahwa pembeli sate RW ke warungnya terdiri dari berbagai kalangan, seperti dokter, dosen, guide, hingga wisatawan asing. "Dokter langganan kami biasanya membeli sate RW usai praktek malam. Setelah makan sate RW ia mengaku kondisinya menjadi fit," kata Manek.
Kebiasaan pembeli sate RW ini pun beragam. Pelanggan biasa datang siang hari hingga malam. Namun terdapat pembeli yang datang pada dini hari. "Mereka biasanya ketuk pintu minta sate RW," cerita Manek.
Daging anjing ini diyakini mampu menyembuhkan penyakit asma. Manek membuktikan bahwa berapa pelanggannya sembuh dari sakit asma setelah rutin mengkonsumsi daging anjing. "Ada pelanngan kami yang sembuh setelah makan RW. Setelah sembuh mereka masih makan RW meskipun jarang," ujarnya.
Manek menyadari bahwa isu rabeis berpengaruh besar terhadap penghasilannya. Namun ia tetap optimis bahwa konsumennya akan datang kembali jika isu ini telah mereda. (gds/djo)