Itulah keriuhan yang terjadi di festival makanan dan kultur Indonesia. Selama kurang lebih 2 jam, pengunjung pun membludak.
"Belum pernah pengunjung berjubel seperti ini dalam jangka waktu yang sangat cepat", ujar salah satu petugas museum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di festival inilah, publik Austria bisa menyantap bakmi dan nasi goreng orisinil Indonesia. Saking banyaknya peminat, mereka harus ngantre untuk bisa mencicipi sepiring kecil mi goreng.
Hidangan pun ludes dalam waktu setengah jam. Tak hanya bakmi dan nasi goreng, namun tamu museum juga berburu snack ala Indonesia seperti risoles dan roti bolu.
Puncak festival Indonesia petang itu bukanlah makanannya. Namun penampilan tari Saman dan gamelan yang menjadi pengiring acara. Pada awal acara, tari Saman yang diperagakan 16 remaja Indonesia yang terorganisir lewat Gema Puspa Nusantara sempat memukau perhatian penonton selama 10 menit. Tepuk tangan dan riuh rendah pengunjung di dalam gedung berulang kali bergema, saat pemain Saman memamerkan gerakan cepat dan rancak mereka.
Selepas Saman, musik pengiring gamelan jawa kembali menyita perhatian. Dimainkan sekitar 15 waranggana, gamelan menampilkan sekitar 10 lagu dalam waktu 2 jam.
Umumnya, para pengunjung tertarik menyaksikan gamelan, karena alat musiknya benar-benar berbeda dibandingkan alat musik kontemporer. Terlepas, dari musik gamelan yang memang asing bagi telinga warga barat, ternyata ada juga pengunjung yang bisa merasakan aura tersendiri saat mendengar musik khas Jawa ini.
"Saya merasa terbang jauh ke Indonesia lagi saat mendengar musik ini", seru Estella salah satu pengujung yang pernah mengunjungi Indonesia sekali ini. (sal/nwk)