"Jangan lupa konteks tahun 60-an itu konteks perang dingin. Waktu itu, Amerika Serikat (AS) akan mendukung siapa pun yang anti komunis. Dan Adam Malik itu anti komunis tulen. Saya kira itu lumrah-lumrah saja," ujar peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dewi Fortuna Anwar.
Hal itu disampaikan dia di sela-sela acara penganugerahan Habibie Award 2008 di Hotel Gran Melia, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (25/11/2008) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kalau seorang tokoh anti komunis Indonesia didukung AS bukan berarti dia bekerja untuk AS. Dia bekerja untuk Indonesia," jelasnya.
Lalu bagaimana dengan buku Tim Weiner yang menyebutkan bahwa Adam Malik seorang agen? "Saya sama sekali tidak percaya," tandas Dewi yang juga tergabung dalam The Habibie Center ini. (alf/irw)