Tak banyak yang tahu bahwa di kampung Ngaliyan, Kalurahan Lalung, Kecamatan Kota Karanganyar, terdapat makam para tokoh dan intelektual pada jamannya, salah satunya adalah Amir Sjarifoeddin. Sebelas petinggi PKI dieksekusi di sebuah makam desa yang saat itu cukup terpencil dan jauh dari keramaian. Lokasi tersebut hanya sekitar 1 Km dari waduk Lalung.
Semenjak Orde Baru berkuasa makam sebelas tokoh tersebut benar-benar terbengkalai di tengah pemakaman umum kampung setempat. Nisan dan bangunan rumah cungkup yang semula berdiri kokoh menaungi makam mereka ambruk dirusak orang. Upaya warga setempat untuk membangunnya kembali juga dilarang oleh Pemerintah saat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makam Pak Amir telah dibangun kembali oleh keluarganya pada bulan Ruwah lalu. Pekerjanya orang-orang desa sini, termasuk saya juga ikut bekerja membangunnya. Tapi seluruh biaya pembangunan ditanggung keluarga," ujar Rakidi, salah seorang warga Ngaliyan saat ditemui detikcom di rumahnya yang tak jauh dari makam, Rabu (5/11/2008).
Bulan Ruwah atau Sya'ban bertepatan dengan bulan Agustus lalu. Dari pengamatan detikcom, memang nisan dan semen di atas pusara itu masih terlihat baru. Belum terlihat lusuh karena terpaan panas dan hujan.
Nisan untuk Amir terlihat sederhana. Bahkan 'lebih mewah' nisan yang dibangun warga untuk keluarganya yang mengitari makam Amir. Nisan Amir terbuat dari keramik berwarna merah kualitas sedang. Di Nisan diberi tulisan nama, tempat dan tanggal lahir serta tempat dan tanggal wafat sang mantan PM.
"Semua bangunan kami selesaikan selama empat hari. Kalau tulisan nama itu dibuat oleh keluarga Pak Amir dari Medan. Tulisan itu dikirim kemari lalu kami yang memasangnya. Hanya makam Pak Amir yang diminta diberi nisan keramik, yang lainnya hanya diberi nisan dari semen saja," ujar Rakidi. (mbr/djo)