"Buah ini dapat menyembuhkan penyakit gula," ujar pedagang buah pinang, Lina (44), di salah satu pasar di pusat kota Jayapura, Papua, pekan lalu.
Caranya, kata ibu berkacamata ini, pilih buah pinang yang berbentuk agak bulat dan berwarna kuning di ujungnya. Buah tersebut lantas dicuci bersih kemudian dimasak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buah pinang juga bermanfaat untuk memperkuat gigi. "Gigi kita jadi bagus, tidak mudah patah," kata Yance, pedagang lainnya yang berada di samping Lina.
Menurut Lina, masyarakat Papua memang mempunyai kebiasaan mengunyah buah pinang, mulai dari anak kecil, remaja, hingga orang dewasa. Buah tersebut dikunyah dengan buah sirih dan kapur.
Karena sering mengunyah buah pinang, gusi dan bibir penduduk Papua terlihat berwarna merah. Namun, air buah pinang ini tidak ditelan, melainkan dibuang.
Lina dan kebanyakan pedagang menjual buah pinang dalam bentuk tumpukan kecil. Satu tumpuk berisi 15-16 biji dan dihargai Rp 20 ribu.
"Kalau anak-anak belinya satu-satu. Harganya cuma Rp 1.000," kata Lina, yang tinggal di Jl Gajah Putih, kota Jayapura.
Lina mengatakan, buah pinang yang dijualnya itu berasal dari daerah Tanah Merah. Setiap kulakan, dia biasa membeli satu karung berukuran 25 kilogram dengan harga Rp 700 ribu. Buah pinang sebanyak itu ludes terjual dalam satu hari.
"Untuk kapur, saya bakar sendiri," kata dia.
Penguasa pasar buah pinang ternyata bukan pedagang asli Papua, melainkan pendatang dari Makassar. "Jadi pinang ini yang paling kaya orang Makassar. Mereka mengirim buah pinang ke Wamena dan Timika," pungkas Lina. (irw/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini