Hal itu disampaikan Atase Pertahanan merangkap Atase Laut dan Atase Darat untuk Kerajaan Belanda Kol Laut (E) Yosaphat Toto Subagyo kepada detikcom dalam pelayaran gembira (joy sailing) KRI Sultan Iskandar Muda 367 dari Pangkalan AL Belanda Den Helder ke galangan kapal militer Vlissingen, (8/10/2008).
Meskipun para perwira dan prajurit TNI AL menyebut sebagai pelayaran gembira, namun sebaliknya bagi para tamu VIP pelayaran itu adalah 'pelayaran neraka' nan mengerikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
KRI ini dilengkapi penginderaan dengan radar supercanggih, sistem manajemen tempur dan rudal-rudal permukaan ke permukaan, permukaan ke udara dan torpedo untuk melumpuhkan kapal selam musuh.
"Ini kapal hipermoderen, sehingga memberikan dampak moril yang tinggi bagi TNI AL. Diharapkan walaupun belum semua kekuatan armada seperti ini, tetapi setidaknya personel TNI AL akan terbiasa dengan teknologinya," ujar Yos, yang sebelumnya bertugas sebagai Asintel Lantamal VI Manado.
Menurut Yos, sebagai negara kepulauan Indonesia memerlukan kapal-kapal patroli yang mampu mencapai jarak jelajah jauh seperti korvet Sigma ini sehingga dapat mengamankan wilayah teritorial dan ZEE.
Menjawab detikcom, Yos mengatakan bahwa Mabes TNI AL pernah menghitung bahwa kebutuhan untuk mengawal laut Indonesia yang luas itu minimal 215 sampai 250 kapal berbagai jenis, antara lain kapal selam dan kapal-kapal korvet seperti KRI Sultan Iskandar Muda 367 dan 3 saudara kembarnya.
Di luar masa konflik, kapal ini menurut Yos sangat efektif untuk mengamankan kepentingan ekonomi. "Karena kita ingin membangun perekonomian, maka kita harus meningkatkan pengamanan kekayaan laut dan hutan kita dari penjarahan dan diangkut ke luar negeri," tegas Yos.
Namun Yos menekankan bahwa kalau TNI AL sudah mengamankan semua, maka kekayaan itu harus dikelola dengan baik untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. "Termasuk tentu saja para prajurit," demikian Yos. (es/es)