Langkah awal Azis di Golkar dimulai sebagai anggota kosgoro di daerah tingkat II, Kabupaten Tulang
Bawang, Lampung. Azis aktif di organisasi underbow Golkar itu sejak 1995. Selanjutnya Azis dipercaya untuk menjadi penasihat di DPD Golkar.
Tugasnya sebagai penasihat DPD adalah menyusun strategi untuk pemenangan caleg di Dapil II Lampung yang meliputi Kabupaten Tulang Bawang, Kota Metro, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Lampung Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menduduki jabatan elitis dan prestius tentu mengundang banyak godaan. Pria yang sedang menyelesaikan disertasi bidang hukum di Universitas Padjajaran Bandung ini mengaku, godaan itu berupa uang sampai
perempuan cantik. "Itu bukan godaan lagi tapi memang kenyataan yang ada. Saya pernah ditawari uang
sampai perempuan cantik. Namun tidak pernah saya tanggapi," terang Aziz.
Kini Azis dipercaya oleh partainya untuk menjadi koordinator seluruh anggota DPR dari Partai Golkar
yang berasal dari enam provinsi, yakni Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Riau.
Selain itu, ia juga mendapat jatah lagi untuk maju ke Senayan sebagai anggota dewan. "Penempatan saya di daftar caleg berdasarkan penilaian dari kinerja saya di DPD I Lampung," kata Wakil Ketua Komisi III DPR
Azis Syamsudin kepada detikcom, Jumat (10/10/2008).
Sebab kata Azis, proses pemilihan saat menjadi calon legislatif di partainya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Selain ada penilaian terhadap kinerja dalam membangun partai, juga dilihat dari kepatuhan terhadap aturan main di dalam partai.
Pada Pemilu 2004, Azis berhasil meraup 46,261 suara di daerah pemilihannya. Itu sebabnya, Azis merasa, kalau prestasi itu menjadi pertimbangan partai untuk mamasukannya ke daftar caleg untuk Pemilu 2009.
Soal adanya setor uang untuk mendapatkan nomor urut atas, Azis menampiknya. Meski demikian, ia mengaku pernah memberikan sejumlah uang untuk partai. Tapi alasannya, uang itu untuk menggerakan mesin organisasi. Sebab sebuah organisasi membutuhkan dukungan pembiayaan. "Saya pernah menyetorkan uang. Tapi sesuai aturan main yang ditetapkan oleh partai. Jadi saya kira tidak masalah," elak Aziz.
(ron/ddg)