detikcom yang mengikuti rombongan Kementerian Percepatan Daerah Tertinggal berangkat dari pelabuhan Sangihe pukul 10.00 WITA awal pekan lalu menggunakan kapal cepat. Hari sebelumnya, detikcom juga menempuh jalur laut serta kapal yang sama saat menuju kepulauan ini.
Menteri Negara Percepatan Daerah Tertinggal Lukman Edy ikut naik kapal laut bersama-sama dengan rombongan karena pesawat Trigana yang sudah dipersiapkan untuk membawanya ke Manado rusak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pulau-pulau tersebut sangat cantik karena jarang terjamah manusia. Keindahannya pun bisa dibandingkan dengan Pulau Dewata. Dari kejauhan, kita dapat melihat hamparan pasir putih yang mengelilingi pulau-pulau tersebut. Jajaran pohon kelapa serta hijaunya pohon-pohon di pulau tersebut menjadi daya tarik sendiri.
Tebing yang curam dan batu karang yang kokoh membuat keinginan untuk singgah sesaat semakin besar. Tampak juga beberapa gunung yang masih aktif, seperti Gunung Karangetang dan gunung yang terletak di dalam laut yaitu Gunung Mahengetong.
Di Gunung Karangetang, jalur bekas larva masih jelas terlihat yang membentuk gundukan-gundukan pasir berwarna hitam pekat. Rumah-rumah penduduk menghiasi kaki gunung tersebut.
Hamparan biru air laut terus menemani kami selama perjalanan. Tidak jarang, puluhan ikan terlihat terbang di atas air seperti sedang menyambut kedatangan kapal kami. Tampak juga kawanan burung camar yang tanpa malu-malu datang mendekat kapal kami untuk menyambar mangsa.
Di tengah laut, kapal yang kami tumpangi sempat beberapa kali harus melewati arus besar. Tak ayal, kami pun harus terguncang cukup keras. Bahkan tidak jarang air laut masuk hingga ke dek kapal. Namun menyaksikan hempasan ombak dari dekat sungguh terasa menyenangkan. Gulungan ombak berwarna putih bersih tampak indah memecah birunya air laut.
detikcom dkk mendapat kesempatan istimewa selama di kapal karena diperbolehkan duduk di dalam kokpit.
Jika melewati pulau-pulau tertentu, nakhoda kapal akan membunyikan klakson panjang. Ini semacam tradisi untuk menyapa pulau-pulau tersebut.
Ada yang menarik, kami sempat melihat 2 buah rompong. Rompong adalah sebutan untuk rakit yang di dalamnya terdapat manusia yang akan tinggal di tengah laut selama beberapa bulan untuk menangkap ikan.
Rompong terbuat dari kayu. Di atas rakit tersebut didirikan rumah kecil yang digunakan sebagai tempat berteduh. Orang tersebut disuplai makanan oleh keluarga mereka setiap 2 minggu sekali. Hiburan mereka hanyalah radio dan pemandangan kapal yang melintas. Pantas saja dia terlihat begitu gembira ketika melihat kapal kami.
(mok/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini