Jakarta - Banyak orangtua yang belum memahami tentang tindak kekerasan kepada anak melalui perkataan. Mereka sering menganggap itu sebagai hal yang biasa. Padahal luka sang anak ketika disakiti secara verbal lebih dalam dibandingkan luka korban perkosaan.Tidak jarang, akibat kekerasan verbal yang dilakukan orangtua menyebabkan seorang anak mengambil jalan pintas untuk melakukan bunuh diri."Kekerasan verbal dan emosional yang dilakukan orangtua menimbulkan barut luka lebih dalam pada kehidupan dan perasaan anak melebihi perkosaan," kata psikolog Elli Risman dalam perbincangan dengan
detikcom, Selasa (15/8/2006).Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati ini menambahkan, tidak jarang akibat yang ditimbulkan dari kekerasan verbal itu membuat seorang anak merasa dirinya tidak berharga."Kata-kata seperti meremehkan, membandingkan, mengecilkan, dan membohongi secara langsung atau tidak mempengaruhi kejiwaan serta psikologi seorang anak yang membuat dirinya menjadi minder. Bahkan tak jarang mengambil jalan pintas untuk bunuh diri," papar Elli.Elli juga menyayangkan kurangnya kepedulian pemerintah terkait masalah psikologi anak ini. Padahal hal ini dampaknya lebih berbahaya daripada penyakit fisik lainnya."Pemerintah mungkin lebih tahu berapa anak yang busung dan lumpuh layu. Tapi mereka tidak mengetahui berapa jumlah anak yang mengalami busung jiwa dan layu jiwa. Ini lebih berbahaya," ujar Elli.Terkait maraknya kasus bunuh diri yang dilakukan seorang anak kecil, Elli memaparkan itu sebagai dampak dari buruknya rasa kasih sayang yang diberikan orangtua. "Anak jadi merasa dirinya tidak berharga," jelas Elli.Kasus dugaan bunuh diri yang dilakukan anak-anak terakhir terjadi di Makassar pekan ini. Muhammad Ardian yang masih duduk di SD, menghabisi hidupnya dengan seutas tali rafia. Dia ditemukan tewas oleh bapaknya yang telah bercerai dengan sang ibu. Namun polisi masih terus mengusut kasus ini karena kematian Ardian menyimpan misteri.
(ahm/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini