"Ini kan baru ditemukan, kita belum bisa pastikan. Yang paling penting harus diketahui dia (sampah) itu nyangkutnya di mana, apakah di perut atau di tapis insangnya," ujar Augy saat dihubungi detikcom, Selasa (20/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Plastik itu kan susah (hancur), kalau sampah organik mungkin bisa. Berbeda misalnya dengan tanduk hewan. Walaupun keras, itu kan zat kapur, sehingga bisa dicerna. Seperti kita makan tulang ikan, tetap bisa dicerna kan?" kata Augy.
Kembali ke soal penyebab kematian paus sperma yang bangkainya terdampar di Wakatobi, Augy menjelaskan ada sejumlah faktor penentu. Selain karena menelan sampah, bisa karena faktor usia.
"Kalau kematiannya macam-macam, bisa sirkulasi karena sampah, bisa saja karena tua atau sakit," ungkap Augy.
Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI belum berencana meneliti bangkai tersebut. Pasalnya, kasus serupa kerap terjadi dan pernah diteliti.
"Kami melihat kesempatan. Kalau memungkinkan, kami akan ke sana. Kalau tidak memungkinkan, kami cuma memantau karena sudah ada beberapa instansi yang ke sana, ada Taman Nasional Wakatobi," kata Augy.
Tonton juga 'Lagi-lagi Ikan Hiu Tutul Muncul di Kepulauan Seribu':
(bag/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini