Hal ini yang ditekankan Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo. Adnan menyebut, kampus harus terlibat aktif dalam gerakan antikorupsi.
"Kampus tempat di mana calon-calon pemimpin digembleng, disekolahkan, sehingga kalau jadi pejabat harapannya jadi pejabat akuntabel, pejabat bersih yang bertanggung jawab kepada masyarakat," kata Adnan dalam Bung Hatta Jawa-Bali Tour 2018 " di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah, Jumat (14/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kenapa kemudian perguruan tinggi ikut menyumbangkan orang-orang begitu menjadi pejabat menjadi pelaku korupsi?" tanya Adnan.
Adnan juga membeberkan modus korupsi di perguruan. Kebanyakan korupsi terjadi di pengadaan barang-jasa, seperti pembangunan gedung, pengadaan buku. Tapi ada juga modus korupsi yang melibatkan mahasiswa.
"Suap jual beli nilai," sebutnya.
Karena itu menurut Adnan, kampus harus dilibatkan dalam gerakan melawan korupsi. Banyak cara, di antaranya membuat riset strategi antikorupsi, pengajaran antikorupsi yang bisa memberikan pengaruh di lingkup sosial, politik dan ekonomi.
"Peran kampus (yakni) pendidikan antikorupsi, sistem penegakan etik yang lebih kuat atas praktik plagiarisme yang sudah mewabah, melakukan pengawasan melalui berbagai kajian dan penelitian atas kebijakan pemerintah yang rentan terhadap korupsi," ujar Adnan memaparkan peran kampus dalam gerakan antikorupsi.
Sementara itu, Ferdinan dari detikcom-media partner roadshow Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA)- berbicara mengenai pentingnya karakter antikorupsi yang juga harus digaungkan mahasiswa. Karakter antikorupsi bukan hanya slogan tapi tindakan.
"Penting memberi sosialisasi, penting buat teman-teman di kampus tahu soal korupsi, (mengenai) pengetahuan soal korupsi. Sama pentingnya ketika media bikin berita tentang kasus korupsi," kata Ferdinan.
Selain itu, diceritakan juga proses pemberitaan di detikcom mengenai kasus-kasus korupsi. Contohnya terkait operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK. Media disebut punya peran penting melakukan kontrol alias pengawasan.
"Di dunia kami dunia online ini 24 jam. detikcom punya concern soal perkara-perkara yang ditangani KPK," katanya.
"Biasanya OTT itu malam. Bikin kita, wartawan deg-degan. Ini OTT ada, 'bos masuk nih bos'. Jam berapa? Jam 9 malam, kita baru bisa bikin berita jam 11 karena baru dapat konfirmasi dan tunggu yang tertangkap, kena OTT KPK sampai di Jakarta. Itu bisa jam 2 (dini hari). 'Masuk Pak Eko...' masuk barangnya, berarti kita (wartawan) bisa istirahat," sambung Ferdinan menceritakan proses pemberitaan terkait OTT KPK.
Profesi wartawan menurutnya juga harus menggaungkan nilai-nilai antikorupsi. Media memang harus bersuara menunaikan tugasnya sebagai pengawas atau kontrol sosial, sama seperti mahasiswa yang juga bertindak menerapkan nilai-nilai antikorupsi.
"Lewat BHACA, penting buat teman-teman, kalau omongin si A korupsi, korupsi, korupsi, bagaimana nih nggak ada yang jadi teladan buat kita. Teman-teman harus bisa jadi teladan buat diri sendiri, buat orang lain. Teman-teman harus mulai dari diri sendiri. Teman-teman yang harus buktikan, teman-teman yang harus aplikasikan bahwa teman-teman punya semangat antikorupsi, dimulai dari belajar yang benar, jangan nyontek, sampai sukses," paparnya.
![]() |
Diskusi Musikal Anti-Korupsi Perkumpulan BHACA yang juga diisi Sisters in Danger, direspons positif mahasiswa baru UKSW. Dalam sesi tanya jawab, mahasiswa bertanya mulai dari pendidikan antikorupsi yang belum masuk kurikulum, peran pengacara yang terkesan membela terdakwa korupsi, hingga efektif-tidaknya sumpah jabatan pejabat negara.
"Pendidikan dasar kita membuat anak-anak belajar membuat pengetahuan saja. (Misal) harus pintar baca, pintar menulis, pintar menghitung. Kalau buang sampah sembarangan ada nggak yang menegur? Untuk membuat taat itu adalah pendidikan karakter," jawab Adnan soal pendidikan antikorupsi yang harus dimulai sejak dini. (fdn/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini