"Kendala ini lebih kepada persaingan elite di sekeliling Prabowo juga. Yang kita tahu, PKS punya 9 nama cawapres, Zulkifli Hasan sudah pasti berminat juga. Lalu penjajakan yang tak kenal putus dari Cikeas menjajakan AHY," kata pengamat politik LIPI Syamsuddin Haris dalam diskusi bertajuk 'Presidential Race: Siapa Lawan Tanding Jokowi' di kantor Para Syndicate, Jalan Wijaya Timur, Jakarta Selatan, Jumat (6/7/2018).
Baca juga: Demokrat Jajaki Duet Prabowo-AHY |
Menurutnya, persaingan elite parpol, seperti PKS, PAN, dan Demokrat, di sekitar Prabowo menjadi bukti sulitnya membangun koalisi. Ia menilai koalisi yang ada akan mudah bubar jika tidak berbasis ideologi atau kesamaan visi dan misi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diskusi di Para Syndicate (Yulida Medistiara/detikcom) |
"Ini semua menggambarkan melihat sulitnya membangun kesepakatan politik. Kenapa? Sebab, basis koalisi ini semata-mata ya jangka pendek, tidak ideologis. Selama basis koalisi tidak ideologis, ya cepat bubar, satu masuk yang lain keluar selamanya akan demikian. Sebab, kalau basis koalisi politik tidak berbasis ideologi atau tidak berlandaskan visi dan platform politik yang sama," ujar Syamsuddin.
Menurutnya, persaingan itu menghambat pengumuman nama capres-cawapres penantang Jokowi. Ia berpendapat, dengan adanya persaingan antarelite parpol di sekitar Prabowo, pengumuman calon yang diusung akan berada di ujung masa pendaftaran capres-cawapres. (yld/haf)












































Diskusi di Para Syndicate (Yulida Medistiara/detikcom)