Hikmah Ramadan di Glasgow: Masjid Ramah Anak hingga Open Mosque

Hikmah Ramadan di Glasgow: Masjid Ramah Anak hingga Open Mosque

Hanif Azhar - detikNews
Senin, 12 Jun 2017 17:15 WIB
Foto: Masjid ramah anak di Glasgow. Ada taman bermain anak di dalam masjid (Hanif Azhar)
Glasgow - Setiap Ramadan membawa makna, cerita baru dengan beragam hikmah di dalamnya. Allah Maha Perencana, tidak ada sesuatu pun yang luput dari tangan-Nya. Termasuk kesempatan saya bertemu Ramadan 1438 H di Glasgow, Skotlandia.

Tidak sedikit sahabat saya bertanya, "Bagaimana kehidupan muslim di Britania Raya? Bagaimana bertahan hidup sebagai pelajar muslim di Glasgow, Skotlandia? Bagaimana dengan fasilitas beribadah, ketersediaan makanan halal, sampai kekahawatiran menjalankan ritual keagamaan lainnya?" Dan pertanyaan lain yang hanya berdasarkan asumsi belaka.

Glasgow, tempat saya tinggal, merupakan salah satu tempat paling ramah imigran sebagai efek dari kebijakan Pemerintah Inggris di masa lalu, jauh sebelum Brexit (British Exit-red). Hal ini menjadi pintu utama masuknya Islam di era 1900-an.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imigran muslim dari Pakistan, Bangladesh, India, maupun negara-negara timur tengah lainnya seperti Yaman dan Irak, berbondong-bondong bermigrasi dengan alasan ekonomi, politik, dan pendidikan. Tak heran, sebagai kota terbesar di Skotlandia dan nomor tiga di Britania Raya, Glasgow merupakan kota industri yang menjanjikan. Kontan, Islam pun berkembang!

Menurut Badan Statistik Nasional tahun 2016, jumlah penduduk muslim mencapai 3.114.992 orang, mencakup 5,4% populasi di Inggris dan Wales. Padahal 15 tahun lalu, tahun 1991, jumlah muslim hanya sekitar 950.000 orang atau 1,9% populasi saja. Perkembangan yang menakjubkan kan?

Komunitas muslim juga tersebar di mana-mana. Beraneka ragam mazhab sampai afiliasi latar belakang suku dan kebangsaan, semua ada. Komunitas Indonesia berkumpul dalam Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya (KIBAR) rutin mengadakan kajian umum setiap bulan dan berkolaborasi dengan komunitas Islam negara lainnya.

Bahkan, komunitas NU dan Muhammadiyah cabang UK juga subur lho. Komunitas muslim di kampus ada, GUMSA: Glasgow University Muslim Students Association. Mau nyari salat Jumat dengan khotbah berbahasa Inggris, Arab sampai bahasa Urdu (India) tersedia.

Hikmah Ramadan di Glasgow: Masjid Ramah Anak hingga Open MosqueFoto: Salat berjemaah bersama GUMSA (Hanif Azhar)


Sekedar cerita, saya pernah ikut salat Jumat dengan khotbah bahasa Urdu, endingnya 'kejang-kejang', tidak paham isinya. Yang terlintas Shakh Rukh Khan dan Kajol menari-nari di Castle Isle of Skye Scotland, tempat syuting Kuch-Kuch Hota Hai. Saya juga sempat magang di salah satu perusahaan travelling & leisure halal. Keep calm guys, you are not alone!

Sebagai kota dengan perkembangan populasi muslim yang sangat pesat, pertumbuhan fasilitas ibadah dan Islamic Centre pun menjamur. Fasilitas ibadah Insyaallah cukup, walaupun tidak sampai tersedia musala setiap gang dengan kompetisi azan Magrib seperti di 'negeri telolet'.

Setiap kampus, mulai dari University of Glasgow, University of Strathclyde, Glasgow Caledonian University, tersedia musala. Namun saya belum survei di Glasgow School of Arts dan Royal Conservatoire of Scotland. Jumlah Islamic Centre di Glasgow, menurut mbah Google, mencapai 28 masjid. Namun untuk kenyamanan, lebih baik kita siap sedia sajadah portable ke mana-mana. Saya sempat salat di basement kampus. Paling ekstrem, salat di Glasgow Necropolis, sebuah bukit kompleks pemakaman indah bergaya Viktoria.

Kalau makanan halal? Logikanya, semakin banyak komunitas muslim, grosir halal juga menjamur. Banyak sekali pilihan rumah makan halal. Sekedar informasi, Inggris punya komite sertifikasi makanan dan pemotongan hewan halal lho, namanya Halal Monitoring Committee (HMC). Beberapa supermarket umum, seperti TESCO dan Sainsbury, sudah menyediakan halal corner. Namun, ada baiknya, sebagai muslim pendatang, kita mempelajari daftar makanan non-halal, seperti E-Codes yang mengandung lemak babi. Biasanya E-Ingredients ini dijadikan bahan pembuatan roti, biskuit, es krim dll.

Bagaimana dengan Puasa Ramadan? Coba kita main logika ya, Indonesia yang berada di garis katulistiwa saja puasa 13 jam, mulai jam 04.30-17.30 WIB. Nah, bagaimana dengan Glaschu yang letaknya di ujung dunia mepet-mepet kutub utara?

Ramadhan 1438 H bertepatan dengan musim semi-menuju-panas 2017. Durasi puasa mulai subuh 02.45 dini hari sampai maghrib pukul 22.00 malam, sekitar 19,5 jam! Kebayang kan perjuangannya?

Untungnya, walau (katanya) musim panas, tapi suhunya sejuk, hanya berkisar 15o C. Tantangan utamanya lebih kepada menjaga pandangan. Summer membuat kita banyak beristighfar. Bayangkan saja, main ke taman saja berasa di pantai. Lapangan hijau dipenuhi lautan manusia berjemur, dari yang sekedar berbaring sampai yang guling-guling.

Bagaimana dengan qiyamu lail? Azan Magrib sekitar pukul 22.00 waktu setempat. Kemudian jemaah salat Isya dan Tarawih dimulai pukul 23.30 sampai sekitar pukul 01.00 dini hari. Padahal, pukul 02.30 sudah Subuh lagi. Jadi, biasanya sehabis tarawih langsung dilanjut sahur, kemudian dilanjutkan tilawah, membaca jurnal atau bahkan bermain games sampai Subuh.

Hikmah Ramadan di Glasgow: Masjid Ramah Anak hingga Open MosqueFoto: Kibar dan PPI Greater Glasgow (Hanif Azhar)


Karena, kalau kita ketiduran sebelum Subuh, bablas! Setan menang! Makanya, jam biologis akan berubah seiring memasuki musim panas yang bertepatan dengan bulan suci Ramadan. Jam tidur jadi pagi, semua muslim jadi Batman!

Berbicara terkait Ramadan dan Kehidupan Muslim Skotlandia, ada beberapa catatan yang menurut saya dapat dibudayakan dimanapun kita tinggal:

1. Masjid Ramah Anak

Islam melarang pengusiran anak-anak dari masjid. Sebaliknya, Islam justru mewajibkan umatnya membiasakan anak-anak datang ke Islamic Centre sebagai fasilitas majelis ilmu. Dalam realita, ada sebagian golongan yang membenci keramaian anak karena takut mengganggu kekhusyukan beribadah.

Untungnya Skotlandia beda cerita! Semua masjid super ramah anak! Mereka menyediakan ruang khusus bermain yang didesain sedemikian rupa dan disediakan fasilitas bermain seperti tenis meja, basket, sepak bola meja, dll. Serius!

Ada taman bermain di dalam masjid! Sambil menunggu waktu salat, (saya dan) anak-anak bermain.

"Jika suatu masa kamu tidak mendengar bunyi gelak tawa anak-anak riang gembira di antara shaf-shaf shalat di masjid, maka sesungguhnya takutlah kalian akan kedatangan kejatuhan generasi muda di masa itu…" pesan Sultan Muhammad Al-Fatih, Penakhluk Konstatinopel.

2. Open Mosque

Nah, menurut saya program ini bagus sekali dan sangat direkomendasikan untuk diaplikasikan di manapun! Masjid Al-Furqon Glasgow, masjid terdekat dengan tempat tinggal saya, rutin mengadakan Open Mosque. Sebulan sekali sampai dua kali, kadang lebih, kalau ada permintaan tambahan.

Pesertanya bermacam-macam latar belakang. Kebanyakan non-Islam, atau rombongan siswa SD. Menurut marbot, banyaknya isu negatif terkait Islam membuat orang makin skeptis, baik itu berpikir negatif, maupun murni rasa ingin tahu tentang Islam yang sesungguhnya.

Mereka mengadakan tea party sambil diskusi ringan tentang Islam. Mereka melakukan presentasi di depan orang awam. Baik itu peserta non-muslim maupun marbotnya open-mind, terbuka untuk diskusi dan menjawab rasa keingintahuan. Masjid ramah non-muslim itu nyata! Tidak sedikit mualaf lahir setelah mengikuti beberapa workshop Open Mosque.

3. Kotak Amal dengan Mesin EDC

Ada yang unik di masjid sebelah flat saya. Mereka tidak hanya menyediakan ember amal, tapi juga dua mesin EDC (Electronic Data Capture). Banyaknya jutawan muslim yang mau mendermakan sebagian kecil hartanya untuk sesama. Kecil bagi mereka, tapi cukup besar bagi yang membutuhkan.

Makanya, mesin EDC disediakan bagi mereka yang ingin berbagi dalam nominal besar. Efektif! berdakwah harus sesuai kaumnya. Bagi kaum intelektual kaya yang sadar sedekah, mesin EDC jauh lebih efektif daripada kotak amal kan? Tinggal gesek.

Tinggal di kota teramah di dunia tahun 2016 versi RoughGuide.com, sekaligus kota ramah imigran muslim, merupakan sebuah anugrah pembelajaran tak terhingga bagi saya. Sekali lagi saya sampaikan, tidak perlu takut jadi minoritas. Tidak perlu takut hidup sebagai muslim di Britania Raya. Mari hilangkan kekhawatiran tak mendasar yang merupakan asumsi belaka. Toleransi sangat berkembang di Glasgow.

*) Hanif Azhar adalah Mahasiswa MSc Creative Industry & Cultural Policy University of Glasgow, UK; Ketua Bidang Eksternal KIBAR (Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya) Greater Glasgow, Anggota PPI Greater Glasgow (United Kingdom), Anggota GUMSA (Glasgow Univ Moslem Student Association).

***

Para pembaca detikcom, bila Anda mempunyai cerita yang berkesan saat Ramadan seperti yang diceritakan di atas, silakan berbagi cerita Anda ke email: ramadan@detik.com. Sertakan 2-3 foto yang mendukung cerita Anda, data diri singkat dan kontak (email atau nomor HP) yang bisa dihubungi. (nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads