Bertaruh Nyawa, Melawan Api di Kebakaran Hutan dan Lahan

Bertaruh Nyawa, Melawan Api di Kebakaran Hutan dan Lahan

Mega Putra Ratya - detikNews
Senin, 24 Apr 2017 18:51 WIB
Dedy Surandi (kiri) dan Muhammad Iswan (kanan), Fire Emergency Response Team Pangkalan Kerinci di pameran Indogreen Environment & Forestry Expo 2017 di JCC Senayan, Kamis (23/4/2017). Foto: Raras Prawitaningrum
Jakarta - Pada 2014, kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau menjadi sorotan dunia. Kabut asap yang ditimbulkan berdampak hingga ke negara tetangga.

Di balik peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau, ada kisah kepahlawanan. Mereka yang bertugas melawan api harus rela bertaruh nyawa demi menjinakkan si jago merah.

Dedy Surandi adalah salah satu warga Riau yang berada di garda terdepan dalam menghalau kebakaran hutan. Pria 27 tahun ini merasa puas jika sebuah misi pemadaman berhasil dan semua anggota tim selamat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada kepuasan tersendiri jika tugas yang diberikan bisa kita lakukan dengan baik dan semua tim selamat. Pemadam kebakaran dituntut kerja sama antar-anggota dan tim juga. Dikerjakan sama-sama, saling komunikasi saat bekerja, dan bangunlah tim yang solid saat di lapangan," ujar Dedy saat berbincang dengan detikcom, Jumat (21/4/2017).

Dedy bercerita soal pengalamannya dalam memadamkan api. Terkadang dia dan tim harus berjalan kaki sejauh 2-3 km membawa peralatan dan logistik menuju lokasi kebakaran.

"Jalannya masih perlu dirintis, penuh semak dan kayu-kayuan, sumber air pun kurang," kata pria yang sudah bergelut di bidang karhutla selama 2,5 tahun ini.

Bukan hanya itu, Dedy juga pernah bermalam di dekat lokasi kebakaran lahan hingga 10 hari lamanya. Semua kebutuhan dilakukan di dekat lokasi kebakaran.

"Dan harus masak untuk makan semua tim yang ditugaskan di daerah tersebut. Terkadang ada masyarakat yang bantu juga, namun sebatas untuk melindungi kebun mereka agar tak terbakar," ungkapnya.

Suami Yuliasamaya ini punya strategi dalam menghadapi api. Strategi tersebut adalah sabar. Jika belum memungkinkan mendekati titik api, ia tidak akan maju.

"Kan di lapangan terkadang kondisi angin dan cuaca bisa berubah. Begitu juga dengan kebakaran," tutur pria asli Desa Koto Gunung, Kecamatan Gunung Toar, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, ini.

Ayah Elmira Hilya Qanita (3 bulan) ini sadar tugasnya memiliki risiko tinggi. Dedy meyakinkan keluarga bahwa keselamatan diri merupakan yang utama.

"Namanya tugas tetap dijalankan, Mas. Yang penting keluarga tahu ke mana kita bertugas. Dan tetap selalu menjaga keselamatan diri sendiri," pungkasnya.

Untuk diketahui, Dedy adalah anggota Fire Emergency Response Team (FERT) yang dibentuk oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Tim ini juga turut merangkul masyarakat untuk menangani karhutla.

PT RAPP membentuk FERT di bawah Departemen Fire and Aviation untuk melawan api di kawasan yang rentan terjadi karhutla. Departemen yang berdiri sejak PT RAPP diresmikan ini terus berkembang hingga memiliki 700 anggota.

Sebanyak 700 anggota FERT ini termasuk 630 anggota, 260 pemadam kebakaran terlatih, 39 kelompok pencegah dan pengendalian kebakaran berbasis masyarakat, dan 31 kelompok waspada api di lima daerah di Provinsi Riau. (mpr/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads