Cerita Warga Temukan Akbar di Perut Ular Piton 7 Meter

Cerita Warga Temukan Akbar di Perut Ular Piton 7 Meter

Idham Kholid - detikNews
Rabu, 29 Mar 2017 15:46 WIB
Foto: Ilustrasi, ular piton yang ditangkap warga Desa Payarumbai, Inhu, Riau beberapa waktu lalu/Istimewa
Jakarta - Penemuan jenazah Akbar di dalam perut ular piton berawal ketika Akbar tidak kelihatan muncul selama dua hari. Warga Mamuju, Sulawesi Barat, kemudian mencari-cari Akbar.

"Keluarga dan kerabat melaporkan ke saya dalam hal ini pemerintah desa. Saya terima laporan, saya mengajak kepada seluruh masyarakat untuk cari Akbar," kata Junaedi, Sekretaris Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Mamuju, Sulbar menceritakan pencarian Akbar saat dihubungi detikcom, Rabu (29/3/2017).

Dalam perjalanan pencarian itu, seorang tetangga memberitahu dia terakhir melihat Akbar pergi ke kebun sawitnya pada Minggu (26/3) pagi. Junaedi bersama sejumlah warga pun bergeser mencari ke kebun Akbar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita langsung ke kebunnya. Kita temukan di sana alat-alat panen dan air minumnya. Kita bergeser cari di lokasi, pas dekat pohon sawit kita temukan dodosnya (alat untuk memanen sawit)," ujarnya.

Mereka lalu berpencar dan terus mencari. Pencarian berlangsung hingga malam hari. Akbar ditemukan pada Senin (27/3) sekitar pukul 22.00 WITA.

"Lama itu, kita cari, akhirnya di semak-semak rawa-rawa ada itu (ular). seorang warga yang megang senter, terus senter kok ada ini kuning emas. Kita masuk, ternyata ular," ujarnya.

Ular tersebut terlihat besar dan gemuk. Karena itu, warga pun menaruh curiga.

"Pas dapat itu, kenapa besar sekali, ada apa di dalam ini. Kita lumpuhkan ular, kita periksa leher, kita banting itu ular, kita balek (balikkan badan ular), kita periksa, yang pertama kali kita periksa itu sepatu botnya (ditemukan). Baru itu kita keluarkan korban," tuturnya.

Warga kesulitan mengevakuasi Akbar karena ular tersebut berada di semak-semak yang kontur tanahnya merupakan rawa. Sulit memindahkan ular itu, selain karena memang ular itu berat.

"Kita mau melumpuhkan pun susah karena ruang gerak di lokasi itu susah. Mana rawa, semak-semaknya banyak. Mana kita masih was-was karena ular itu masih hidup. setelah berhasil kita lumpuhkan, baru kita tarik lagi," ucapnya.

"Proses belahnya itu sebentar. Cuma proses memindahkan ular dari rawa semak-semak ke tanah yang agak keras untuk bisa kita bergerak lebih leluasa mengeluarkan korban dari perut ular itu yang lama," imbuhnya. (idh/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads