Aksi menyemen tersebut diikuti puluhan petani Kendeng di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Seperti apa gigihnya perjuangan Patmi menuntut haknya?
Dari foto yang diterima detikcom dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) pada Selasa (21/3/2017), nampak Patmi mengenakan kerudung biru dipadukan dengan pakaian hitam dan rok coklat bermotif batik. Patmi bersama 54 peserta lainnya menggelar aksi pada hari Kamis (16/3).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Patmi duduk di barisan depan. Sepasang kakinya dibalut oleh perban putih dan dimasukkan ke dalam kotak kayu bertuliskan 'Tolak Pabrik Semen, Kendeng Lestari'. Terlihat sebotol air mineral yang ditaruh di bawah kursi Patmi.
Begitu juga setelah kaki Patmi disemen. Nampak eskpresi tenang terpancar dari wajah Patmi.
Bersama petani lainnya, terlihat Patmi sedang mendengar orasi dari salah satu peserta. Ada juga spanduk kecil bergambar Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengenakan topi petani.
![]() |
Dalam momen lainnya yang terekam, ada sekitar 5 petani duduk dalam posisi kaki disemen di kantor YLBHI, Jakarta Pusat. Kelima petani itu duduk seperti memandangi sesuatu sambil memegang kemasan gelas air mineral. Tak terkecuali Patmi, terlihat ia sedang meminum air mineral dan tidak menunjukkan ekspresi kesakitan walau kakinya disemen.
Berdasarkan keterangan dari YLBHI, cor semen yang membungkus kaki Patmi telah dilepas. Kurang lebih sekitar pukul 02.30 WIB dini hari, Patmi sempat mengeluh badannya tidak nyaman bahkan mengalami kejang-kejang dan muntah. Dokter yang mendampingi dan bertugas di LBH segera membawa Patmi ke RS St. Carolus Salemba. Menjelang sampai di RS, dokter mendapati Patmi meninggal dunia.
![]() |
YLBHI menyatakan aksi semen kaki selalu melibatkan dokter. Kini, jenazah Patmi dipulangkan ke Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, untuk dimakamkan di desanya.
Selamat jalan, Bu Patmi... (dkp/fjp)