Warga berkumpul di halaman Balai Kota Semarang dan duduk lesehan termasuk Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi dan sejumlah tamu lainnya. Bersamaan, makanan khas lontong Cap Go Meh disantap dan berhasil memecahkan rekor Muri dari Berau Kalimantan Timur. Kali ini ada sekitar 11.700 warga yang menyantap kuliner tersebut bersamaan.
Acara bertajuk "Semarak Cap Go Meh 2017 Pelangi Budaya Merajut Nusantara" itu direncanakan digelar di halaman parkir Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), namun karena ada pihak yang bersikeras menolak, dengan terpaksa pihak panitia dan MAJT memindahkan lokasi karena khawatir terjadi pengerahan massa yang menolak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita majemuk dan perbedaan jadi kekuatan bagi Kota Semarang. Kalau ilmunya belum segitu, kita ajak diskusi terus, kita ajak mereka berbicara terus supaya pemahaman seimbang dan tidak menduga sesuatu yang keliru," kata Hendrar di Balai Kota Semarang, Minggu (19/2/2017).
Sementara itu Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Abiyoso Seno Aji mengatakan pihaknya secara pribadi menyatakan salut kepada Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jawa Tengah Dewi Susilo Budiharjo yang memprakarsai acara. Ia menyayangkan adanya penolakan acara yang berniat menunjukkan persatuan antar umat beragama itu.
"Saling hormat menghargai, bukan sedikit-sedikit di Semarang akan ada agenda kegiatan berbau agama, disertai penolakan. Amat saya sayangkan. Kegiatan ini resmi dilindungi Undang-undang. Saya terimakasih kepada pak wali dengan sigap kegiatan dialihkan di kantor Balai Kota. Mudah-mudahan kawan-kawan kita yang menolak itu bisa ikut hadir sehingga menyaksikan langsung, melanggar kaidah agama atau tidak," terang Abiyoso.
Penyelenggaraan acara tersebut tidak hanya diterpa penolakan, namun juga hoax di media sosial. Dalam hoax yang tersebar, acara disebutkan akan menyuguhkan makanan dengan bahan babi.
Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jawa Tengah Dewi Susilo Budiharjo menjelaskan lontong Cap Go Meh tidak mungkin dicampur dengan babi dan tentu saja dengan mengundang berbagai elemen agama, panitia tidak mungkin menyuguhkan makanan berbahan babi.
"Kenapa lontong Cap Go Meh? Karena dikenal di seluruh Indonesia dan berasal dari dari Jawa Tengah. Ini dari Semarang untuk Indonesia, saya ingin ajak seluruh warga Kota Semarang mari serukan kebhinekatunggalikaan," kata Dewi.
![]() |
Acara yang berlangsung hingga malam hari itu pun berjalan lancar. Berbagai hiburan ditampilkan antara lain barongsai dan tari Sufi. Pemecahan rekor pun berlangsung semarak karena warga bisa makan gratis lontong Cap Go Meh.
(alg/nkn)