SFO menyatakan penyelidikan terkait pembayaran kepada Perantara 7 dilakukan secara internal pada Januari 2012 dengan keterlibatan Energy Compliance Officer.
Dalam dokumen fakta yang diterbitkan SFO yang disimak Senin (23/1/2017), disebutkan Rolls-Royce ikut andil dalam proyek Pembangkit Listrik Tanjung Batu, Kalimantan Timur. Pembangkit Listrik Tanjung Batu memiliki dua basis energi, yakni gas dan uap. Penghasil listrik itu berada di Kabupaten Tenggarong, Kalimantan Timur, dengan daya 50-60 MW.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tahun 2006, ketika kontrak pemeliharaan akan berakhir, Rolls-Royce melakukan upaya untuk mendapatkan kontrak perpanjangan sampai 2014, yang nilainya kurang-lebih Rp 287,9 miliar. Dari sinilah dugaan suap, sebagaimana disebutkan dalam laporan SFO, bermula.
Inisiatif tidak hanya datang dari Rolls-Royce, yang dalam ini menggunakan bendera Rolls-Wood Group. Dokumen SFO menyebutkan ada seorang direktur PLN yang menawarkan bantuan kepada Rolls-Royce agar bisa mendapatkan keistimewaan dalam tender pemeliharaan pembangkit listrik.
Di sisi lain, Rolls-Royce melalui perantaranya, yang dalam dokumen tersebut disebut 'Perantara 7', menemui bos-bos perusahaan yang bersaing dalam tender tersebut. Si perantara melobi agar perusahaan-perusahaan lokal yang menjadi pesaing mundur dengan cara memasukkan dokumen dengan spesifikasi yang tak sesuai. Sebagai gantinya, perusahaan-perusahaan pesaing itu akan mendapatkan persenan hasil.
Mendapatkan tawaran itu, perusahaan-perusahaan lokal pun mundur dengan cara memasang harga tawaran yang kelewat tinggi. Rolls-Wood Group pun berhasil mendapatkan kontrak perpanjangan.
Dokumen SFO juga mengungkap mengenai bagaimana pihak perantara mendapatkan bayaran dari 'penggiringan tender' ini. Si perantara meminta ada uang yang disetor di dalam negeri dan ada pula yang dibayarkan di salah satu akun bank di Singapura. Pembayaran pun dilakukan melalui dua mata uang berbeda dan dua bank terpisah.
Rolls-Royce juga diduga terus melanjutkan pembayaran komisi secara teratur untuk Perantara 7 hingga Juli 2013.
Bukan hanya Rolls-Royce dan perusahaan-perusahaan pesaing yang bermain. Di laporan SFO juga disebutkan, ada uang khusus yang dialirkan untuk pejabat PLN.
"Perantara 7 sendiri terus membayar petinggi perusahaan Indonesia yang menjadi kompetitor dan PLN," demikian dokumen penyidikan SFO.
Dikonfirmasi mengenai hal ini, Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka mengatakan pihaknya belum mendapatkan informasi apa pun dari penegak hukum mengenai dokumen SFO.
"Saya belum bisa menyampaikan, kami tetap pada praduga tak bersalah. Kalau nanti sudah ada penyidikan terkait hal ini, nanti kami akan memberikan penjelasan atau menggelar konferensi pers," kata Made.
Sedangkan jubir KPK Febri Diansyah mengatakan pihaknya masih berfokus menggali suap Rolls-Royce ke Emirsyah Satar. Meski begitu, dia tak menampik, hal-hal lain di dokumen tersebut akan didalami.
"Saat ini KPK masih mendalami penyidikan dugaan suap terhadap mantan Dirut Garuda, ESA. Informasi lain tidak tertutup kemungkinan juga akan dipelajari," kata Febri. (fjp/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini