Menurut Djarot, tingkat kemiskinan di Jakarta saat ini terhitung rendah dengan angka 3,4 persen. Kendati demikian, dibutuhkan program untuk memperkecil kesenjangan antara orang kaya dan miskin di Jakarta.
"Yang menjadi persoalan di kita adalah, kita memperpendek gap antara orang kaya dengan yang miskin. Caranya adalah dengan memberikan subsidi, perlindungan, bagi mereka yang miskin. Melalui tadi, pembebasan biaya sekolah, transportasi, perumahan, operasi pasar, dengan cara seperti itu, maka pengeluaran mereka bisa ditekan dan pendapatan mereka ada saving ada tabungan," kata Djarot di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (22/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tidak akan membagi-bagi begitu saja, program-program seperti itu, karena kita berkaca pada, waktu saya menjadi wali kota, itu program BLT itu tidak berdampak langsung dengan pemberdayaan masyarakat. Lebih baik kita membuka lapangan kerja," kata Djarot.
"Kayak PPSU kan program padat karya. Kita berikan pelatihan-pelatihan. Termasuk juga memberikan pelatihan terhadap warga menengah ke bawah yang di rusunawa-rusunawa. kita juga melakukan operasi pasar untuk menekan harga kebutuhan pokok," imbuhnya.
Pasangan cagub Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) itu juga menegaskan, program kerja mereka di bidang kesejahteraan masyarakat tidak bersifat membagi-bagikan uang semata.
"Basuki-Djarot anti bagi-bagi duit. Engga mendidik. Itu sama saja menggarami air laut, enggak ada hasilnya. Bangsa kita bangsa pejuang," tegas Djarot. (nkn/imk)