Wanita yang akrab disapa Mbah Kijem ini bercerita pada tahun 1968 silam, keadaan ekonomi keluarganya saat itu terpuruk. Ditambah lagi Kijem muda kesulitan mencari pekerjaan, dia kemudian bertapa dan menjalankan kegiatan spiritual di Gua Cerme, Imogiri, Bantul.
"Saya kemudian prihatin (bertapa) di Gua Cerme. Di sana saya juga 4 bulan tinggal di sana. Lalu ada seorang laki-laki yang memberi tahu kalau tempat saya bukan di sini, tapi di Gua Langse," kisahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wanita yang mengaku berasal dari Solo ini kemudian mengikuti saran dari lelaki yang tak lama setelah menemuinya kemudian hilang itu untuk pindah ke Gua Langse.
Baca: Menyapa Mbah Kijem, Penghuni Gua Terpencil dan Curam di Pantai Selatan Jawa
![]() |
Dengan berjalan kaki, Kijem kemudian mencari keberadaan Gua Langse. Jalur menuruni tebing yang curam dan terjal tak membuatnya gamang.
"Begitu sampai sini, saya kok merasa tenang, tentram. Sudah tidak ingin lagi pulang lagi ke rumah," tuturnya.
Dalam sepekan, Kijem bisa dua atau tiga kali menelusuri jalur ekstrem menaiki tebing untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
"Tapi di sini saya nggak pernah sakit. Hanya masuk angin biasa, terus saya minum jamu lalu sembuh," kata Kijem.
Tak banyak yang berkunjung ke Gua Langse. Selain curam, lokasinya terpencil. Hanya sepi dan angin laut selatan Jawa yang setia menemani. (sip/try)