Dr Muchtaruddin Mansyur adalah orang yang tahu detail soal cerita setiap jemaah haji Indonesia yang wafat. Setiap kali ada Certificate of Death (COD) yang masuk ke mejanya, dadanya sesak. Apalagi bila jumlahnya cukup banyak dalam sehari.
Hingga tanggal 15 September 2016 pukul 08.00 Waktu Saudi, ada 139 jemaah haji yang wafat. Masing-masing jemaah wafat dibuatkan COD-nya, lalu detail kronologi kematiannya ditulis untuk kepentingan catatan medis. Muchtaruddin sebagai Kepala Pusat Kesehatan haji Kementerian Kesehatan setiap hari mendengar cerita-cerita tentang bagaimana seorang jemaah meninggal dunia.
![]() |
Setiap jemaah punya riwayat kesehatan sendiri. Setiap jemaah juga punya kisah dan cerita sebelum dinyatakan wafat. Ada yang meninggal di rumah sakit Saudi, Klinik Kesehatan Haji Indonesia, pemondokan, klinik pemondokan, masjid, di perjalanan, sampai di pesawat. Hari-hari Muchtaruddin penuh dengan kabar duka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia tak menyangka, angka yang wafat pada saat hari kedua melontar jumrah di Mina cukup tinggi. Padahal prediksi sebelumnya, gangguan kesehatan pada jemaah akan terjadi di Arafah dan hari pertama melontar jumrah aqabah.
![]() |
Salah satu cerita yang tak pernah terlupa adalah tentang seorang jemaah yang menderita diare cukup parah. Namun oleh kelompoknya, dia tetap dipaksa ikut untuk tawaf ifadhah sehingga kelelahan dan akhirnya meninggal dunia. Walau kematian adalah sesuatu yang sudah digariskan yang Maha Kuasa, namun tetap ke depan perlu ada antisipasi agar para jemaah tidak memaksakan diri.
"Nasihat dokter harus diperhatikan. Ini untuk menjaga keselamatan jemaah sendiri," ucapnya.
Kisah lain adalah tentang jemaah yang wafat ketika mengalami gangguan heatstroke lalu diikuti oleh gangguan jantung. Jemaah wanita tersebut meninggal dunia setelah tak tertolong usai melontar jumrah. Walau sempat mendapat bantuan kesehatan di klinik Saudi dan di RS Saudi, namun nyawanya tak tertolong. Dia pun meninggalkan sang suami yang setia menemani sampai akhir hayat.
Berdasarkan data yang dirilis Kemenag saat pembekalan lalu, data kematian jemaah selama tiga tahun terakhir memang meningkat. Pada tahun 2013, jemaah wafat mencapai 262 orang, pada tahun 2014 menjadi 296 orang, sementara pada 2015 jumlah jemaah wafat 630 orang. Khusus tahun 2015, angkanya tinggi karena ada dua peristiwa yang banyak merenggut korban jiwa yakni di runtuhnya crane di Masjidil Haram dan tragedi Mina. Rata-rata peningkatan jemaah wafat terjadi setelah puncak haji.
![]() |
Untuk tahun ini, kecenderungannya adalah turun. Bila dibandingkan dengan data tahun lalu pada hari yang sama, maka angkanya jauh berbeda. Hingga saat ini, jemaah wafat mencapai 139 orang. Muchtaruddin pernah mengklaim, penurunan ini terjadi karena beberapa faktor, mulai dari kesadaran jemaah sampai peran petugas yang mendampingi dan juga ada tim preventif promotif yang mensosialisasikan tentang pencegahan gangguan kesehatan sampai tim dokter yang melakukan visitasi rutin ke jemaah agar penyakitnya bisa terdeteksi dini.
Meski begitu, jemaah wafat bukanlah sekadar angka. Ada keluarga, teman dan kerabat yang ditinggalkan. Tugas bersama untuk menjaga kesehatan agar bisa beribadah dan kembali ke Tanah Air dengan selamat. Aamin. (mad/miq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini