Satu persatu warga berusaha bangkit melalui pelatihan yang diberikan Pemkot maupun kolaborasi swasta dengan dinas. Setelah berhasil memproduksi sepatu sampai digunakan Risma saat pelantikan.
Kini warga terdampak lainnya juga bangkit dengan membuat sprei yang sementara memenuhi kebutuhan sprei untuk kedua rumah sakit milik Pemkot Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Yunus, penghasilan warga Rp 50 ribu didapatkan setelah menjahit 10 sprei. Jika menjahit lebih dari 10 potong kain, warga makin banyak mendapatkan penghasilan. "Alhamdulillah dalam sebulan pesanan 300 potong sprei untuk RSU dr Mohammad Soewandhi sudah terpenuhi. Kini dalam proses pengerjaan untuk sprei sebuah hotel budget di Surabaya," ungkap pejabat asli Bangkalan, Madura ini.
Untuk kelompok bersama menjahit, saat ini baru 10 warga terdampak yang tertarik. Dalam sebulan tiap warga mampu mendapat penghasilan Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu dalam 2 minggu.
Kedepan, dengan ketrampilan menjahit warga terdampak diharapkan bisa mengerjakan baju dinas pegawai Pemkot. "Untuk sementara seluruh bahan mulai kain dan benang kita sediakan. Kedepan secara perlahan, warga akan kita arahkan mandiri maupun membentuk kelompok kerja sehingga bisa mendapatkan dan menerima order," imbuh Yunus.
Mantan Sekertaris Kecamatan Tambaksari ini menegaskan, seluruh warga terdampak secara perlahan mulai mau dan ikut bangkit bersama Pemkot untuk mengikuti bermacam macam pelatihan.
Saat ini, kata Yunus, warga terdampak pasca alih fungsi lokalisasi Jarak dan Dolly sudah terdapat beberapa kelompok bersama maupun Usaha Kecil Menengah yang sudah mulai mandiri. "Ada produksi sepatu yang mulai menerima pesanan dari sejumlah dinas diluar Pemkot Surabaya, ada keripik singkok atau samiler Jarak-Dolly (Sami Jali) yang sudah berjualan secara online serta dikerjakan ibu ibu PKK RT 11 RW 3 Kelurahan Putat Jaya," ungkap dia.
(ze/van)