Seabrek Syarat Menhub Jonan agar T3 Ultimate Bandara Cengkareng Beroperasi

Seabrek Syarat Menhub Jonan agar T3 Ultimate Bandara Cengkareng Beroperasi

Bisma Alief - detikNews
Selasa, 14 Jun 2016 20:05 WIB
Foto: Menhub Jonan meninjau Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta (Foto: Bisma Alief/detikcom)
Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan memberikan sederet syarat agar Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarn-Hatta bisa beroperasi. Apa saja?

Kesiapan Layanan dan Terminal

Lounge T3 Ultimate (Foto: Bisma Alief/detikcom)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Komentar saya pertama, kita maunya mengoperasikan secara sepenggal-sepenggal atau tidak? Kalau saya, fasilitas dasar harus terpenuhi. Laporan yang masuk ke saya tanggal 16 (Juni) akan dievaluasi, kalau siap ya siap, kalau nggak ya kita tunggu setelah operasi Lebaran selesai karena tidak boleh membuat risiko operasi Lebaran tidak berjalan lancar. Itu dari segi layanan," jelas Menhub Jonan.

Hal itu disampaikan Jonan usai meninjau T3 Ultimate Cengkareng, Banten, Selasa (14/6/2016). Sedangkan dari segi terminal, hal-hal mendasar masih perlu dibereskan dulu.

"Kalau dari segi terminal menurut saya kurang lebih siap. Kurang lebih yang dasar harus dibereskan sampai selesai. Kalau platform terminal, tidak boleh ada orang kerja. Kaya lift, eskalator itu harus jalan. Layanan dengan pesawat udara, saya belum lihat mainframe yang dipakai bagaimana, udah connect, udah trail dengan airline yang mau dipakai," imbuhnya.

Airside/Sisi Udara

Airside T3 Ultimate (Foto: Bisma Alief/detikcom)


"Airside begini ini kalo dari segi keselamatan penerbangan ada 2. Satu itu runway, taxiway, apron ini harus sekali lagi diperiksa dan disterilkan sebelum digunakan, supaya paling kurang tidak ada benda-benda asing di sana. Kalau ada benda kecil aja di runway, itu nggak boleh, bisa membahayakan take off dan landing.

Terakhir mengenai air traffic control (ATC), secara teori, tower ATC harus bisa melihat semua pergerakan di airside.

"Jadi pergerakan kendaraan, towing apalagi pergerakan pesawat dan orang sekalipun sehingga ini tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Contoh sederhana itu pesawat start engine itu tergantung perintah dari ATC, kalu belum perintah belum nyala," papar dia.

Jonan juga bertanya ke Dirut AirNav Indonesia, bahwa membangun terminal sedemikian besar namun tower ATC-nya tidak bisa melihat pergerakan kendaraan di wilayah parkir pesawat, mengapa regulator saat itu memberikan izin. (Izin T3 Ultimate turun saat Menhub dijabat EE Mangindaan-red).

"Kalau menurut dia dulunya mau pakai sistem radar. Saya tanya 'Radar siap kapan?'. 'Siapnya 16 November. Untuk menjembatani ini pakai CCTV. CCTV di-connect ke tower dan dia dengan airing solution (ditayangkan) sehingga baik siang-malam kelihatan. Kalau November sudah jadi, kita tukar dengan radar darat. Jadi semua pergerakan di apron, runway, taxiway semua kelihatan'. Sekarang sudah ada tapi masih level 1, nanti kita update jadi level 2," jelas Jonan.

Pihaknya akan terus mengevaluasi T3 Ultimate Cengkareng sampai layak beroperasi. Bila dinilai layak dari sisi keselamatan penerbangan, pihaknya sebagai regulator akan memberikan izin.

"Intinya begini, izin pengoperasian bandara akan diberikan pada tingkat di mana regulator menilai keselamatan penerbangan yang menggunakan terminal ini sudah dianggap tidak berbahaya. Jadi menurut saya kalau sistem radar nggak bisa jalan misalnya sampai November, tentunya penggunaan terminal ini nggak bisa penuh. Airside-nya nggak bisa penuh. Ini airside-nya besar sekali apronnya," tutur dia.

Jonan menambahkan ini bukan masalah terminalnya, namun masalah keselamatan penerbangan. Dirinya sempat bertanya ke petugas ATC apakah bisa melihat pergerakan pesawat di T3 Ultimate. Bila petugas ATC tidak bisa melihat pergerakan pesawat dan kendaraan lain di apron, maka harus memakai alat yang bisa disinkronkan bersamaan dengan T3 beroperasi.

"Cuma ini kadang-kadang kalau di kita, kalau unit kerja lain, organisasi lain kadang nggak klop begitu untuk pelaksanaan dan lain-lainnya," kritiknya.

T3 Ultimate Bisa Beroperasi 20 Juni?

Terminal 3 Ultimate (Foto: Bisma Alief/detikcom)


"Nggak bisa, kan tanggal 16 Juni direview lagi. Lihat saja tanggal 16 (Juni) nanti direktur bandara yang akan memberikan pengumuman dan saya akan mensyaratkan seperti Perum LPPNPI (AirNav Indonesia) itu harus memberikan jaminan tertulis bahwa keselamatan penerbangan yang menggunakan terminal ini tidak bermasalah," demikian jawab Jonan ketika ditanya kemungkinan T3 Ultimate beroperasi pada 20 Juni yang direncanakan.

Fasilitas terminal, juga dinilainya tidak siap. Beroperasi atau tidaknya, T3 Ultimate ini, menunggu evaluasi 16 Juni. Dia tak mempermasalahkan bila T3 Ultimate ini beroperasi setelah masa mudik Lebaran.

"Makanya lihat aja tanggal 16 (Juni). Kalau tanggal 16 (Juni) nggak bisa ya kita tundalah setelah operasi Lebaran, nggak apa-apa. Kan nggak sampai misalnya ini nggak beroperasi pas Idul Fitri nanti direksi AP II dipecat, saya kira kan enggak. Kalo nggak siap ya nggak siap aja. Tapi kita mendorong supaya siap kayanya beliau bekerja 24 jam sehari," jelas dia.

Apakah T3 Ultimate harus siap 100% dulu baru beroperasi, Jonan mengatakan bahwa persyaratan, kebutuhan, fasilitas dasar harus selesai.

"Misalnya kalau lantai selebar ini belum selesai ya belum bisa dipakai. Mungkin tanggal 16 (Juni) bisa (dipakai), mungkin ya. Eskalator dan lift harus dipakai. Saya ingat waktu pengoperasian Bandara Kuala Namu, itu trailrun-nya itu panjang sekali. Ini (T3 Ultimate) besar loh sebesar bandara Kuala Namu satu terminal ini," jelas dia.

Meski tak mengetahui persis berapa persen Terminal 3 Ultimate yang selesai, Jonan yakin sudah mencapai 95 persen. Namun, bila 5 persennya adalah fasilitas dasar, itu harus dipenuhi.

Menhub Jonan meninjau langit-langit yang dinilainya 'kurang aman' (Foto: Bisma Alief/detikcom)


"Ya kalau gedung parkir belum selesai mungkin oke karena tidak mungkin bandara dalam 3 bulan dipakai penuh, itu bisa dilengkapi. Tapi kalau eskalator, lift, connetion dengan airline ini menurut saya perlu. Kalau airline misalnya Garuda, kalau sebagian pakai sini, sebagian pakai sana ya pasti dia harus atur pergerakan cabin crew-nya. Kalau dia pindah-pindah penerbangan harus diatur, nggak tahu lewat mana, harus disiapkan," tuturnya.

"Airside harus diuji sekali lagi, harus disteril kalay tanggal 16 (Juni) mau (beroperasi) harus disteril persis, nggak ada yang boleh masuk karena bahaya. Kalau keselamatan penerbangan ya tadi Perum LPPNI (AirNav Indonesia) kalau mau pakai kamera, pakai apa harus bikin pernyataan," imbuhnya.

CCTV, lanjutnya, hanya untuk darurat. Kalau apron sebesar di T3 Ultimate ini memakai CCTV terus, menurutnya akan bermasalah.

"Ini sama sekali nggak kelihatan towernya. Kalau bangunan ini nggak ada kelihatan (dari menara ATC-red)," tegasnya.

Mengenai masalah menara ATC, mungkin saja ditambah ketinggian. Namun, bila menambah konstruksi ATC tidak mungkin, dan harus membuat baru.

Jonan tak masalah bila T3 Ultimate ini tak bisa beroperasi saat masa mudik Lebaran.

"Kalau nggak ada ini (T3 Ultimate) emang nggak Lebaran? Nggak ada hubungannya kalau itu. Kan bisa pakai terminal lain," jelasnya.

Jadi problem mendasarnya apa sebenarnya?

"Ya belun selesai 100 persen aja. Ya nanti dilhiat tanggal 16 (Juni). Apakah siap, ngga mesti. Saya tidak akan merisikokan. Kalau pelayanan mungkin bisa ditulis "ujicoba" gitu boleh ya. Tapi kalau keselamatan penerbangan nggak boleh dirisikokan oleh siapapun. Jadi yang lain yang nggak ngerti nggak usah banyak omong deh," tukas dia. (nwk/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads