"Manuver Novanto untuk mengkapitalisasi Ahok sebagai simbol populer untuk mengatasi defisit atau krisisnya Golkar," ungkap pengamat politik dari UGM, Arie Sudjito, saat berbincang dengan detikcom, Jumat (3/6/2016).
Ahok sendiri mengakui adanya pertemuan dengan Novanto yang terjadi pada Sabtu (21/5). Bahkan sebuah foto beredar menunjukkan momen Novanto dan Ahok yang tengah bersalaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahok pun diminta untuk berhati-hati dalam menyikapi hal tersebut. Pasalnya kalau tidak, pada akhirnya justru ia akan mendapat kontribusi negatif meski setelah Novanto menjadi Ketum, Golkar menyatakan akan mendukungnya di Pilgub DKI 2017.
"Kalau Ahok terjebak pada agenda Golkar, itu akan memperburuk citra Ahok. Jangan terjebak pada skenario Golkar. Ahok perlu meyakinkan publik bahwa manuver Golkar tidak akan mengganggunya," tutur Arie.
Baca juga: Novanto dan Ahok Salaman, Deal untuk Pilgub DKI?
"Kan pendukung Ahok khawatir ada yang dititipkan oleh Golkar, yang penting Ahok bisa memberikan kepercayaan kepada publik," sambung dia.
Soal dukungan Novanto kepada Ahok, dikatakan Arie, tidak perlu dianggap sebagai hal yang luar biasa oleh Ahok. Sebab ketika ada orang yang menyatakan dukungan, Ahok juga tidak mungkin akan menolak.
"Enggak mungkin Ahok menolak, tapi bagaimana cara dia membaca dukungan itu Ahok pasti akan membangun konstruksi diri bahwa dia bisa diterima banyak pihak, bahwa dia punya banyak sekutu," papar Arie.
"Karena belum tentu dukungan Novanto betul-betul riil kepada Ahok. Ahok memang enggak mungkin menolak, tapi enggak usah berlebihan. Anggap saja dukungan biasa, karena yang butuh atau berkepentingan adalah Golkar," imbuhnya mengakhiri. (elz/dha)











































