"Sistem validasinya langsung dari sekolah. Kalau sudah oke, dicek lagi. Valid, langsung kirim," demikian jawab Menristek Dikti M Nasir kala ditanya mengenai validasi sistem Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) online.
Hal itu disampaikan Nasir di sela-sela Konferensi Informasi Pengawasan (Korinwas) BAPETEN dengan topik "Membangun Sinergi Sistem Keamanan Nuklir Nasional untuk Menghadapi Aksi Kriminal dan Terorisme yang Melibatkan Zat Radioaktif dan Bahan Nuklir" di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (12/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditanya lagi apakah akan memperbaiki sistem PDSS online itu, Nasir menimpali, "Jadi pangkalan data sekolah ini tidak ada masalah. Saya sudah bicara sama Mendikbud. Sistemnya nggak masalah, tapi tergantung penginputnya. Kalau penginputnya salah ya salah".
Seperti diberitakan sebelumnya, SNMPTN adalah seleksi yang memakai komputer dan sistem berdasarkan PDSS online. PDSS ini memuat data-data siswa, termasuk riwayat nilai rapor dari tahun pertama hingga tahun terakhir siswa.
Sekolah diharuskan memiliki database siswa hingga riwayat nilai rapornya dan mengunggahnya ke sistem yang dinamakan PDSS online. Dari sistem ini, tiap siswa akan memperoleh password yang berbeda dan kemudian password ini dibagikan dari sekolah ke siswa.
Melalui password yang dimiliki, siswa memverifikasi data dan kemudian mendaftar SNMPTN memilih 2 jurusan dari 2 PTN, salah satu PTN harus berada di kota asal siswa. Siswa juga diminta mengunggah fotonya, kemudian siswa nanti akan mendapatkan kartu tanda pendaftaran.
Kepala sekolah memberikan rekomendasi pada setiap siswa yang mendaftar. Bagi yang mendaftar di cabang olahraga dan seni, harus pula mengunggah portofolio karya dan prestasinya. Proses seleksi berdasar data-data akademis selama bersekolah di SMA itu.
Kepala Panitia SNMPTN 2016 Prof Dr H Rochmat Wahab, MPd, MA saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (11/5/2016) mengatakan ada kolom nilai mata pelajaran pada semester ganjil yang tak diisi pihak sekolah untuk mayoritas murid, sehingga tidak tercatat dalam sistem hingga membuat bobot nilai berkurang. Ditanya tentang sistem peringatan (validasi) di perangkat lunak PDSS jika ada kolom yang tak terisi, dia menjawab tidak mengetahuinya. Rochmat hanya menekankan bahwa kasus SMAN 3 Semarang terjadi akibat kekurangcermatan pihak sekolah.Β (nwk/nrl)











































