Sebelumnya kelompok Santoso terdiri dari 3 'lapis'. Lapisan pertama yakni yang terdalam ada tim inti yakni: Santoso, Basri dan Ali Kolara bersama tiga istri mereka masing-masing. Kelompok Santoso yang berasal dari suku Uighur juga berada di ring 1 ini.
Kemudian menyusul ring 2 yang disebut tim patroli dan terakhir ring 3 alias tim pengintai. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto mengatakan, jarak ring inti ke tim patroli ini sekitar 7 sampai 10 jam perjalanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini bisa diketahui dengan tertangkapnya sejumlah anggota kelompok Santoso dari suku Uighur yang biasanya berada di tim inti. Jumlah suku Uighur di kelompok Santoso juga mulai berkurang. Bila sebelumnya mereka berjumlah 10 orang, kini diperkirakan tinggal sekitar 3 orang saja.
![]() |
Kelompok Santoso dari suku Uighur yang tertangkap umumnya karena tengah mencari logistik ke warga. "Kalau yang di tim inti yang biasanya menerima pasokan logistik saja sudah keluar, bisa ditebak apa yang sudah terjadi dengan mereka (Kelompok Santoso)," kata Hari.
Kelompok Santoso yang berada di tim patroli dan tim pengintai juga mulai kecewa. "Mereka merasa kini hanya dianggap bertugas mengamanakan Santoso dan tim inti saja," kata Hari.
Selain itu mereka juga kecewa karena janji bakal diberangkatkan ke Suriah selepas mengikuti pelatihan di kelompok Santoso tak pernah terwujud.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Tito Karnavian memastikan bahwa kelompok Santoso saat ini sudah melemah dan kian terkepung. Selama waktu dua bulan ini ada tercatat ada 10 anggota kelompok Santoso meninggal dunia dan dua orang tertangkap menyerahkan diri dalam operasi Tinombala.
"Perkembangan terakhir kelompok Santoso sudah melemah. Dalam waktu dua bulan ini lebih dari 10 orang sudag tertangkap baik hidup maupun yang meninggal dunia dalam kontak tembak," kata Tito kepada wartawan di kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Jakarta, Senin (4/4/2016). (erd/mad)