"Karena banyak orang partai juga marah (atas keputusan saya). Ya Ibu (Megawati) sih enggak marah sama saya, tapi yang lain marah. Enggak apa-apa sih," kata Ahok di RPTRA Saharjo Menteng Atas, Jl Dr Saharjo, Jakarta Selatan, Selasa (8/3/2016).
Yang terpenting, menurut Ahok, silaturahmi dirinya dengan PDIP tak putus. Ahok memaklumi PDIP punya mekanisme sendiri dalam menentukan cagub-cawagubnya. Namun Ahok melihat masih ada kemungkinan PDIP mendukung dirinya di Pilgub DKI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara umum, Ahok juga terbuka terhadap semua partai untuk mendukungnya. Hanya saja 'mendukung' berbeda dengan 'mengusung'. Dalam konteks PDIP, Ahok diminta benar-benar menjadi cagub jalur partai politik bila menyandang status cagub usungan PDIP. Inilah yang membuat Teman Ahok, kelompok pendukungnya, khawatir.
"Sebetulnya Teman Ahok juga rela kalau saya diusung partai, tapi mereka khawatir kalau partai enggak jadi mengusung saya, bagaimana? Dia (Teman Ahok) tak akan keburu mengisi formulir. Jadi Teman Ahok khawatir saya enggak bisa maju. Kalau Juli baru ketahuan partai bilang enggak mau mengusung, bisa enggak Teman Ahok mengejar KTP? Enggak kekejar," kata Ahok.
Ahok mengaku sering bertemu dengan Megawati Soekarnoputri, meski tak jelas kapan terakhir kali dia bertemu, apakah pada kesempatan KTT Luar Biasa OKI atau bahkan semalam di rumah Megawati.
"Saya ketemu, saya sering kok ketemu ajak makan bakso, saya sama Ibu Mega dekat banget. Jujur saja, saya sama Ibu Mega dekat dari dulu," ujar Ahok. (dnu/tor)











































