Lonceng gereja Maranata di dekat Pelabuhan Tahuna juga dibunyikan. Dentangnya memecah kesunyian kawasan pelabuhan karena orang-orang berhenti beraktivitas bahkan burung-burung camar pun menghilang. "Ini sungguh keajaiban dan sungguh besar ciptaan Tuhan," kata Jostman Mangiso (44), warga kota Tahuna, seperti dilansir Suara Pembaruan (25/10/1995).
Gerhana matahari total 1995 dimulai dari Iran, bergerak ke Afganistan, Pakistan, India, Myanmar, Kamboja, Thailand, Malaysia, Pulau Kalimantan bagian utara, Kepulauan Sangihe dan Talaud di Indonesia, dan berakhir di Samudera Pasifik. Di Sangihe dan Talaud, proses gerhana dimulai pukul 11.00 WITA, mencapai puncaknya pada 13.13 WITA, dan berakhir 13.15 WITA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari itu sekolah-sekolah di Sangihe dan Talaud diliburkan agar siswanya bisa menyaksikan gerhana matahari. Bahkan pelajar dari Manado juga menyeberang laut demi melihatnya. "Kalau cuma baca teorinya kurang, harus melihat secara langsung bagaimana prosesnya," kata Arsitini Lahawia (16), siswa SMA Binsus Manado.
Gerhana di musim hujan ini nyaris tak bisa dilihat karena hujan mengguyur Sangihe dan Talaud sejak subuh. Namun sekitar pukul 09.00 WITA cuaca berangsur cerah.
"Kami sangat senang melihat gerhana matahari total ini," kata Tonny Nico Namoda (51), warga Sambeka, Tahuna. "Kapan lagi saya bisa melihatnya, seumur hidup mungkin tidak akan terjadi lagi di Tahuna." (okt/hri)