Ahli ilmu falak (ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit-khususnya bumi, bulan, dan matahari-pada orbitnya masing-masing) pengurus cabang NU Gresik, Muchyiddin Hasan, mengatakan gerhana terjadi karena adanya peredaran benda di alam semesta dan siklus terjadinya bisa dihitung sesuai dengan garis edarnya.
"Ada metode hitung-hitungannya, mana yang total dan parsial itu bisa dihitung. Sudah ada manzilah-manzilahnya (garis edar)," ucap Muchyiddin kepada detikcom, Senin (22/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabar ini terdengar ke telinga Nabi, kemudian beliau menemui kaum Muslimin dan menegaskan terjadinya gerhana matahari bukan karena kematian Ibrahim. Nabi bersabda: "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebuah tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Keduanya tidak menjadi gerhana disebabkan kematian seseorang atau kelahirannya. Bila kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah saalat dan berdoalah hingga selesai fenomena itu." (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Kisah tersebut menurut Muchyiddin menegaskan bila gerhana merupakan peristiwa alam yang sudah ada ketentuannya. Tidak terkait dengan mitos.
"Gerhana sudah ada manzilahnya bukan karena meninggalnya seseorang. Sesuai dengan hadits nabi apabila di daerah itu terjadi gerhana makan disunahkan salat gerhana. Hukumnya fardhu kifayah, harus ada yang mewakili untuk salat jangan sampai nggak, nanti bisa dosa," ucap Muchyiddin.
Muchyiddin mengimbau agar warga tidak takut gerhana, justru gerhana itu harus dinikmati karena merupakan peristiwa yang langka. Gerhana merupakan fenomena alam yang sudah tercatat dalam ketentuan Tuhan dan terjadi sesuai dengan garis edarnya.
"Gerhana kita nikmati, itu termasuk sunatullah. Garis edar yang memang diciptakan oleh Allah. Gerhana matahari itu siklusnya bisa terjadi lagi sangat lama dan langka, beda dengan gerhana bulan yang setahun bisa 2 kali," katanya. (slm/mad)