Gerhana dalam Islam, Ketentuan Tentang Garis Edar Benda Langit

Gerhana Matahari Total di Indonesia

Gerhana dalam Islam, Ketentuan Tentang Garis Edar Benda Langit

Salmah Muslimah - detikNews
Senin, 22 Feb 2016 16:57 WIB
Foto Ilustrasi oleh Zaki Alfarabi/detikcom
Jakarta - Peristiwa gerhana matahari total tak hanya seputar penjelasan ilmiah dan mitos semata. Gerhana juga bisa dilihat dari sisi agama sebagai tanda keagungan dan kuasa Tuhan.

Ahli ilmu falak (ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit-khususnya bumi, bulan, dan matahari-pada orbitnya masing-masing) pengurus cabang NU Gresik, Muchyiddin Hasan, mengatakan gerhana terjadi karena adanya peredaran benda di alam semesta dan siklus terjadinya bisa dihitung sesuai dengan garis edarnya.

"Ada metode hitung-hitungannya, mana yang total dan parsial itu bisa dihitung. Sudah ada manzilah-manzilahnya (garis edar)," ucap Muchyiddin kepada detikcom, Senin (22/2/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gerhana juga tidak ada kaitannya dengan meninggalnya seseorang atau suatu yang buruk. Hal ini berkaitan dengan kisah gerhana yang terjadi di masa Nabi Muhammad. Pada masa itu putra Nabi Muhammad yang bernama Ibrahim meninggal di usia yang masih kecil sekitar 18 bulan. Kematian Ibrahim saat itu kebetulan berbarengan dengan terjadinya gerhana. Kejadian ini lalu dianggap sebagai mukjizat oleh kaum muslimin dan mereka berfikir bahwa gerhana terjadi karena meninggalnya Ibrahim.

Kabar ini terdengar ke telinga Nabi, kemudian beliau menemui kaum Muslimin dan menegaskan terjadinya gerhana matahari bukan karena kematian Ibrahim. Nabi bersabda: "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebuah tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Keduanya tidak menjadi gerhana disebabkan kematian seseorang atau kelahirannya. Bila kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah saalat dan berdoalah hingga selesai fenomena itu." (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Kisah tersebut menurut Muchyiddin menegaskan bila gerhana merupakan peristiwa alam yang sudah ada ketentuannya. Tidak terkait dengan mitos.

"Gerhana sudah ada manzilahnya bukan karena meninggalnya seseorang. Sesuai dengan hadits nabi apabila di daerah itu terjadi gerhana makan disunahkan salat gerhana. Hukumnya fardhu kifayah, harus ada yang mewakili untuk salat jangan sampai nggak, nanti bisa dosa," ucap Muchyiddin.

Muchyiddin mengimbau agar warga tidak takut gerhana, justru gerhana itu harus dinikmati karena merupakan peristiwa yang langka. Gerhana merupakan fenomena alam yang sudah tercatat dalam ketentuan Tuhan dan terjadi sesuai dengan garis edarnya.

"Gerhana kita nikmati, itu termasuk sunatullah. Garis edar yang memang diciptakan oleh Allah. Gerhana matahari itu siklusnya bisa terjadi lagi sangat lama dan langka, beda dengan gerhana bulan yang setahun bisa 2 kali," katanya. (slm/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads