Buwas Pernah Ngojek di Pasar Induk, Sopir Taksi Tembak Sampai Calo Bangunan

Sisi Lain Tokoh

Buwas Pernah Ngojek di Pasar Induk, Sopir Taksi Tembak Sampai Calo Bangunan

Salmah Muslimah - detikNews
Senin, 04 Jan 2016 11:16 WIB
Komjen Budi Waseso (Foto: Agung Pambudhy/detikcom) llustrator: Andhika Akbarayansyah/detikcom
Jakarta - Jenderal bintang tiga yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional, Komjen Budi Waseso (Buwas) ternyata punya cerita perjuangan yang cukup panjang untuk sampai pada kariernya saat ini. Buwas pernah bekerja sampingan sebagai tukang ojek, sopir taksi hingga calo bangunan untuk membiayai hidup keluarga.

"Saya pernah ngojek dulu pakai Vespa waktu saya masih di Direktorat Pendidikan, punya anak satu. Untuk hidup itu susah dan nggak cukup, saya kerjanya cuma ngajar, dosen terbang," kata Buwas saat berbincang dengan detikcomΒ  di kediamannya di kompleks perwira TNI AD Bulak Rantai, Kramat Jati, Jakarta Timur beberapa waktu lalu.

Komjen Buwas (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya Buwas pulang mengajar pukul 14.00 WIB atau 15.00 WIB. Setelah itu dia tidak ada kerjaan. Sementara kebutuhan keluarga masih banyak yang harus dipenuhi.

"Nah di Pasar Induk itu kan banyak yang ngojek-ngojek yah pakai Vespa. Terus timbul pikiran saya untuk ngojek buat beli bahan bakar, uang rokok, waktu itu masih ngerokok yah, sama uang makan besok jadi saya nggak usah minta istri lagi. Lebih dari 1 tahun ngojek, lama juga itu," ucap Kepala BNN itu.



Vespa biru yang dijadikan kendaraan untuk mengojek itu menjadi benda bersejarah, saksi perjuangan hidup dan masih disimpan di rumahnya. Buwas mengatakan tak akan menjual vespa tersebut meski ada yang menawarnya.

(Baca juga: Tunggangan Komjen Buwas: Jeep Putih K 4 MU dan Taft Kebo Kenangan)

Selain ngojek, Buwas juga pernah jadi sopir taksi yang bekerja pada malam hari. Namun kerja sampingan itu tidak berjalan lama, Buwas kepergok mertua yang sama-sama sedang mengisi bensin di SPBU daerah Blok M.

"Beliau ngeliat langsung nyamperin saya. Ditegur "Ngapain kamu nyopir taksi, ngompreng ya? Saya bilang nggak cuma penyelidikan saja. Terus mertua bilang, nggak usah kamu bohongi saya, nggak usah beginian, akhirnya saya berhenti," kata mantan Kapolda Gorontalo ini.

Buwas terus memutar otak agar bisa mendapat penghasilan lebih. Dia kembali ngojek dan menjadi suplier bahan bangunan. Ide jadi suplier itu muncul ketika banyaknya pengerjaan proyek bangunan di sepanjang jalan menuju rumahnya.

"Saya ngobrol-ngobrol sama mandor yang masok genteng, pasir dan lain-lain. Sama cari order pasir di Cibinong, satu truk pasir itu Rp 120 ribu tapi dibayar sama mandor itu Rp 125 ribu per truk, saya dapat untung Rp 5 ribu setiap truk, bisa sampai 5 truk kan lumayan," ucapnya.

Pengalaman sulitnya hidup mengingatkan Buwas sebagai manusia tidak boleh sombong karena pernah hidup dalam kondisi susah. Hal ini menjadikan Buwas seseorang yang selalu bersyukur.

"Itu kan kehidupan seperti roda kehidupan, berputar. Saya juga mengingatkan diri saya kalau saya pejabat sekarang, ada amanah yang harus saya jalankan. Tidak ada ego penyelahgunaan wewenang karena saya pernah merasakan di bawah itu," kata bapak tiga anak ini.

Andhika Akbarayansyah/detikcom
(slm/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads