Kebun Bunga Fenomenal Rusak karena Pengunjung, Begini Kata Pemilik

Kebun Bunga Fenomenal Rusak karena Pengunjung, Begini Kata Pemilik

Edzan Raharjo - detikNews
Sabtu, 28 Nov 2015 18:57 WIB
Foto: Edzan Raharjo/detikcom
Gunungkidul - Kebun bunga amaryllis di kecamatan Patuk, Gunungkidul DIY, menjadi heboh. Bunga yang hanya mekar setahun sekali ini kondisinya rusak setelah dikunjungi oleh ribuan warga dalam beberapa hari terakhir.

Warga setempat menyebut nama bunga tersebut dengan nama Brambang Procot. Bunga ini telah dipatenkan pemerintah setempat dengan nama Pospat (Puspa Patuk) atau bunga dari kecamatan Patuk Gunungkidul).

Pemilik kebun bunga, Sukadi (43) tidak menyangka kebun bunga yang ia budidayakan bisa menjadi fenomenal. Bunga-bunga ini tumbuh mengelilingi rumahnya di lahan seluas sekitar 2.300-an meter persegi. Meski sedih karena rusak, ia bangga karena bunga yang ia suka ternyata juga banyak disukai orang lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sukadi (Foto: Edzan Raharjo/detikcom)

"Niat saya bisa melestarikan bunga ini. Saya tidak menduga bisa seperti ini, tetapi senang juga, ternyata banyak yang suka. Jadi lebih semangat untuk mengembangkannya," kata Sukadi ditemui di rumahnya di kecamatan Patuk, Gunungkidul, DIY, Sabtu (28/11/2015).

Menurutnya, dulunya bunga Amaryllis atau Pospat ini dianggap petani sebagai gulma atau hama. Sehingga warga membuangnya dan memusnahkan dengan dibakar atau dikasih minyak agar mati. Sukadi kemudian punya gagasan untuk mengembangkannya. Lahan yang berada di sekeliling rumahnya di dusunΒ  Ngasemayu RT 13 RW 04, Salam, Patuk, Gunungkidul ini ternyata cocok untuk tanaman bunga tersebut. Setiap tahun pada bulan November atau Desember bunga ini mekar dengan indahnya. Bunga ini mekar dan bertahan hanya sekitar 3 minggu setelah itu layu.

Sukadi merintis mengelola tanaman bunga ini sejak tahun 2000-an secara kecil-kecilan. Ia mencoba menjual bunga ini di pinggir jalan. Kini hasil perjuangan tersebut sudah mulai dirasakan. Warga yang berkunjung banyak membeli bibit bunga miliknya yang dijual Rp 7.000 per bibit. Selain itu, warga yang berkunjung juga secara suka rela menyisihkan sebagian uangnya. Uang yang terkumpul digunakan untuk pemeliharaan dan pengembangan taman ke depan.

"Tahun depan akan saya tata biar pengunjung lebih nyaman dan tanaman tidak terganggu. Ada tempat buat foto-foto, ada tempat santai mungkin juga untuk kulinernya," katanya.

Meski sekarang sudah rusak karena banyaknya pengunjung, Sukadi justru malah bangga karena bunganya banyak disukai orang. Tetapi sebagai pecinta bunga tentu ia sedih karena bunga jadi rusak. Ia juga sedih belum bisa memuaskan pengunjung.

"Rusak karena terinjak karena lahannya sempit. Siapa yang disalahkan, tidak ada. Maka ke depan saya akan tata," katanya. (try/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads