Seperti dilansir media setempat, The Indian Express, Rabu (28/10/2015), pria dengan nama asli Rajendra Sadashiv Nikhaljee (55) ini ditangkap di Bali, Indonesia setelah menjadi buronan otoritas India maupun Interpol selama 20 tahun.
Rajan disebut mengawali 'karier' kriminalnya dengan menjual tiket ilegal di Bioskop Sahakar di Tilak Nagar, pada tahun 1970-an hingga 1980-an silam. Dia dimentori oleh Rajan Mahadev Nair alias Bada Rajan yang saat itu memimpin geng kecil setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun 1983, Bada ditembak mati oleh dua anggota geng musuh dan pembunuhan ini membuat Rajan marah. Dia memberitahu polisi keberadaan dua anggota geng musuh yang menembak mentornya. Salah satu dari mereka pun ditembak mati polisi.
Kematian dua anggota geng musuh untuk mengangkat nama Rajan dalam dunia kriminal, hingga dia bertemu dengan Dawood, seorang penyelundup emas ternama, pada awal tahun 1980-an. Rajan ditunjuk menjadi pengawas aktivitas geng kriminal di Mumbai.
Karena tekanan polisi dan operasi polisi, Dawood dan Rajan kabur keluar dari India pada akhir tahun 1980-an. Hingga tahun 1993, Rajan-Dawood menjadi kombinasi mematikan di dunia hitam Mumbai.
Berpisah dengan Bosnya dan Mendirikan Geng Kriminal Sendiri
Serangkaian ledakan bom pada 12 Maret 1993, yang didalangi Dawood, tidak hanya mengguncang Mumbai dan India, tapi juga mengubah posisi dalam dunia geng kriminal setempat. Rajan berpisah dengan Dawood karena khawatir akan dihabisi oleh bosnya sendiri.
Perpisahan ini memicu perang antar geng karena Rajan mendirikan kelompok baru yang akhirnya malah menjadi musuh kelompok Dawood. Rajan bersumpah akan menghabisi Dawood dan anggota gengnya. Dia pun mulai membunuh para pelaku ledakan bom tahun 1993, anak buah Dawood.
Momen terbesar dalam karier Rajan terjadi pada akhir tahun 1990-an, ketika kelompoknya menghabisi Dilshad Baig, anggota parlemen Nepal yang juga tokoh penting dalam kelompok Dawood. Kematian Baig dianggap sebagai kehilangan besar kelompok Dawood yang kini dilaporkan bermarkas di Pakistan.
Namun pembunuhan ini membuat Rajan terus dibuntuti dan diburu oleh anak buah Dawood ke mana pun dia pergi.
Baku Tembak di Bangkok dan Lolos dari Maut
Pada September 2000, tangan kanan Dawood yang baru, Chhota Shakeel, mengejar Rajan yang tengah bersembunyi di Bangkok. Posisi Rajan terlacak di sebuah hotel dan baku tembak pun terjadi. Rajan terkena tembakan, namun berhasil lolos dengan memanjat atap hotel dan lompat ke bawah.
Rajan sempat menjalani perawatan medis di rumah sakit setempat, namun kemudian kabur dan sejak saat itu posisinya tidak terendus pihak berwenang maupun anggota geng musuh. Rajan dikabarkan mulai beroperasi di negara-negara kawasan Asia Tenggara dan disebut mengalami masalah kesehatan.
Sementara itu, otoritas India mulai mengeksekusi anggota geng Rajan pada awal tahun 2000-an. Tahun 2005, istri Rajan, Sujata ditangkap di bawah hukum anti-mafia yang berlaku di India, MCOCA. Rajan dilaporkan mulai fokus pada usaha real-estate dan bisnis lain untuk mendanai sindikat kriminalnya.
Pembunuhan seorang wartawan kriminal J Dey di Powai, India pada tahun 2011, memunculkan nama Rajan ke publik. Polisi meyakini Rajan merupakan otak pembunuhan tersebut dan beberapa anggota gengnya ditangkap atas tudingan pembunuhan.
Rajan dicari polisi atas keterlibatannya dalam sedikitnya 68 kasus kriminal di wilayah Mumbai, termasuk 20 kasus pembunuhan dan sejumlah pelanggaran hukum serius lainnya di bawah MCOCA dan undang-undang lainnya. Beberapa kasus kriminal lainnya yang menyeret Rajan terjadi di wilayah Tilak Nagar, kampung halamannya sendiri. Otoritas India berupaya untuk memulangkan Rajan dan menahannya di kantor Kepolisian Mumbai.
Perburuan Berakhir di Bali
Perjalanan Rajan berakhir di Bali, pada Minggu (25/10), ketika dia dibekuk oleh personel Polda Bali di Bandara Ngurah Rai. Polda Bali menerima red notice (peringatan) dari Interpol yang menyebutkan buronan India masuk Indonesia lewat Denpasar.
Selanjutnya, mereka berkoordinasi dengan imigrasi dan langsung bergerak. "Yang bersangkutan tidak melawan saat diamankan satu regu anggota Polrestabes Denpasar," jelas Kabid Humas Polda Bali Kombes Hery Wiyanto.
Di dokumen paspor, Chhota alias Rajendra bernama Kumar Mohan. Namun berdasarkan data sidik jari, nama itu merujuk ke satu orang. Chhota alias Rajendra pun digiring ke Mapolda Bali. Menurut data Interpol Indonesia, Rajan merupakan otak 20 kasus pembunuhan.
"Saat ini yang bersangkutan di tahanan Polda Bali. Kami masih menunggu konfirmasi dari kepolisian India soal deportasi," kata Hery.
Rajan terbang dari Sydney, Australia. Tak disebutkan sejak kapan ia tinggal di Negeri Kanguru itu. Berdasarkan data keimigrasian, dia berencana berada di Bali selama 15 hari. Namun sebelum rencananya terwujud, ia keburu dibekuk. Pelarian pelaku kriminal yang dicari selama 20 tahun itu pun tamat.
![]() |
Halaman 2 dari 4