Salah satu 'oleh-oleh' dari Belanda adalah Ahok kian mantap melanjutkan pembangunan giant sea wall alias tanggul raksasa di laut Jakarta. Tanggul raksasa di laut Jakarta akan berfungsi antara lain agar tidak ada penetrasi air laut masuk ke daratan, abrasi laut, dan banjir rob.
Batas proyek reklamasi Pulau G yang rencananya bakal dikerjakan oleh PT Agung Podomoro Land Tbk melalui anak usahanya PT Muara Wisesa Samudra, Pluit, Jakarta, Kamis, 17 September 2015. (CNN Indonesia/Giras Pasopati) |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ahok kawasan tersebut sebelumnya berupa teluk luas. Jika ombak dari Laut Utara datang, tidak sedikit memakan korban jiwa.
"Jadi Belanda itu dulu ada teluk, selalu orang mati kalau datang ombak besar. Dia kalau mau tutup semua lebih mahal kan jadi dia tutup di depan utaranya 35 kilometer. Total luas yang jadi danau, itu harus 10 kali lipat dari kita. Nah terus dia masing-masing bikinin tanggul semua," kata Ahok.
Lalu, apa yang dilakukan Ahok di laut Jakarta?
Pertama, Ahok akan menata Kepulauan Seribu menjadi daya tarik pariwisata. Limbah rumah tangga dari masyarakat akan dikelola dengan baik sehingga sungai-sungai tidak membawa kotoran hingga ke laut.
Kedua, Pemerintah Provinsi DKI akan bekerjasama dengan Belanda menangani 17 pulau (proyek reklamasi NCICD), membangun pulau O,P dan Q.
Ketiga, Ahok punya 'mimpi' membangun Port of Jakarta meniru konsep Port of Rotterdam. "Rotterdam heart-nya Eropa. Nah, Port of Jakarta juga nanti bisa jadi heart-nya Asia," promosi Ahok.
Ahok kian mantap membangun tanggul di laut Jakarta setelah tahu pembangunan Port of Rotterdam hanya memakan biaya 1,2 miliar euro atau setara dengan Rp 15-16 triliun.
"Sekarang yang pelabuhan terbaru itu langsung berhadapan dengan laut. Di situ saya tanya habis berapa duit, dia bilang 1,2 miliar Euro dalam jangka waktu 5 tahun. Saya pikir kalau cuma Rp 15 sampai 16 triliun kami juga sanggup. Yang APBD siluman Rp 12,1 triliun setahun saja bisa, berarti kita mampu," kata Ahok sambil tertawa.
(erd/nrl)












































Batas proyek reklamasi Pulau G yang rencananya bakal dikerjakan oleh PT Agung Podomoro Land Tbk melalui anak usahanya PT Muara Wisesa Samudra, Pluit, Jakarta, Kamis, 17 September 2015. (CNN Indonesia/Giras Pasopati)