Pada masa lalu, Barus yang berada di pantai barat Sumatera adalah kota pelabuhan yang ramai. Selain rempah-rempah, para pedagang dari Arab juga tertarik dengan keharuman dari kapur barus dan membawanya ke daerah asal masing-masing.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, pelestarian tanaman kapur barus kembali digaungkan di Tapanuli Tengah. Wisatawan yang datang ke kabupaten ini diajak untuk menanam kapur barus, termasuk para duta besar yang datang ke Makam Mahligai di Barus.
Duta besar dan perwakilan negara sahabat dari Afghanistan, Aljazair, Azerbaijan, Bangladesh, Bulgaria, Kroasia, Irak, Jordania, Kazakhstan, Laos, Libya, Myanmar, Pakistan, Palestina, Polandia, Arab Saudi, Sudan, Seychelles, Turki, Uni Emirat Arab, Ukraina, Uzbekistan, Laos, Suriname dan Yaman datang ke Barus pada Sabtu (22/8/2015). Mereka diundang oleh Special Envoy of Seychelles for ASEAN, Nico Barito dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Para duta besar diajak untuk melihat sejarah masuknya Islam ke Nusantara lewat makam para syekh di Makam Mahligai. Setelah itu, duta besar ikut menanam pohon kapur barus.
Para duta besar yang sejak awal sudah tertarik dan tidak sabar kemudian berdiri berjajar di depan tanaman dengan bendera masing-masing negara. Bersamaan, mereka lalu memasukkan tanaman kapur barus ke pot dan menyiramnya dengan air.
Meski penanaman kembali sudah sering dilakukan, namun tanaman kapur barus itu tak bisa langsung disadap dan dinikmati keharumannya. Butuh kesabaran tinggi karena perlu waktu lama untuk bisa menyadapnya.
![]() |
"Masih membutuhkan waktu 200 tahun lagi untuk tumbuh," kata pemandu yang menjelaskan kepada para duta besar.
Para duta besar kemudian mengabadikan momen langka ini dengan berfoto bersama di depan bendera asal negara masing-masing bersama Plt Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi, Plt Bupati Tapanuli Tengah Syukran Jamilan Tanjung dan jajarannya. Persahabatan antar negara terjalin sambil terus melestarikan komoditas asli nusantara. (imk/dhn)