Watu gilang yang terletak sekitar 200 meter dari kompleks makam Panembahan Senopati dan Ki Ageng Pemanahan atau Ki Gede Mataram. Watu gilang itu tepatnya terletak di sebelah selatan Kampung Alun-alun atau di kampung Dalem.
Bangunan peninggalan watu gilang yang ada dekat di Jalan RM Sutawijaya saat ini juga masih tampak dua buah pohon beringin besar. Watu gilang berada di dalam bangunan tembok tertutup seluas lebih dari 15 meter persegi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain watu gilang, di dalam bangunan itu juga terdapat tiga buah watu gatheng dan genthong batu yang dulunya dipercaya sebagai tempat wudhu atau untuk mengambil air oleh Ki Ageng Pemanahan dan Ki Juru Mertani.
Watu Gatheng yang berbentuk bulat besar. Dua buah berukuran seukuran bola sepak. Satu lagi lebih kecil seukuran buah kelapa. Watu Gatheng ini menurut cerita Babad Tanah Jawi halaman 130 juga disebut Watu Kumlasa atau batu klasa yang menjadi alat permainan salah satu putra Panembahan Senopati, yakni Raden Rangga. Watu Gatheng yang berat dan besar itu dengan gampang dan enteng dibuat mainan oleh Raden Rangga dengan cara dilempar-lemparkan ke atas karena kesaktiannya. Bahkan sempat berubah menjadi bulat lunak ketika dipegang Raden Rangga. Namun kemudian berubah jadi keras setelah Raden Rangga ditegur Ki Juru Mertani saat memegang Watu Gatheng.
Saat detikcom di tempat Watu Gilang, Senin (11/5/2015) siang, tidak ada juru kunci atau yang menjaganya. Juru kunci tengah berada di Kompleks makam Kotagede.
"Hari ini pintu tidak dibuka oleh penjaga untuk dibersihkan dalamnya. Biasanya kalau malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon banyak didatangi peziarah setelah minta izin juru kunci," kata Suprapto warga Kotagede.
(bgs/try)