Pelaku membanting meja dan kursi di ruangan hingga rusak. Petugas medis di ruang Paviliun B juga menjadi sasaran kemarahan keluarga tersebut. Untungnya keluarga pasien di kamar lain bisa meredam amarah mereka.
Menurut Aliondo Bona Tua Sinaga (38) anak bungsu Mennaria, kemarahan mereka berawal ketika ibunya yang tinggal di Jalan Mahoni, Kelurahan Kahean, Kecamatan Siantar Barat, menderita sakit sesak napas. Senin (16/2/2015) pagi sekitar pukul 05.00 WIB, Mennaria dibawa ke RSUD Djasamen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyesalkan sikap rumah sakit yang tidak berbuat maksimal terhadap ibunya. Menurutnya pelayanan RSUD Djasamen Saragih sangat kurang dalam menangani pasien BPJS.
"Jangan gara-gara pasien BPJS kita dibuat gitu. Jadi untuk apa BPJS ini kalau ditelantarkan juga," ungkap Aliondo dengan kesal.
Sementara itu Andy Rangkuti, Humas RSUD Djasamen Saragih mengakui ada keterlambatan penanganan terhadap pasien. Tapi itu menurutnya bukan karena kesengajaan, apalagi penelantaran. Pasien seharusnya dirawat di ruang ICCU karena kondisinya yang kritis, namun karena ruang ICCU penuh, pasien terpaksa dirawat di ruang Paviliun B.
Diakui Rangkuti, memang ada keterlambatan, tapi bukan kesengajaan. Pihak RS akan melakukan evaluasi dan melihat kronologis kejadian. Menelusuri mulai dari pasien masuk hingga akhirnya meninggal.
"Memang kita lihat tadi ada keterlambatan. Tapi jangan ada tanggapan karena pasien BPJS tidak dilayani. Pasien BPJS itu bukan pasien gratis," ucap Rangkuti.
(rul/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini