Profesor Georgetown University Sebut Penembakan 3 Muslim Dampak Islamofobia

Laporan dari AS

Profesor Georgetown University Sebut Penembakan 3 Muslim Dampak Islamofobia

- detikNews
Minggu, 15 Feb 2015 05:23 WIB
Profesor Jonathan Brown (Foto: Website pribadi www.drjonathanbrown.com)
Washington DC, - Peristiwa penembakan tiga warga muslim di Chapel Hill, North Carolina, Amerika Serikat, memunculkan kesedihan di kalangan komunitas muslim Amerika. Seorang profesor dari Georgetown University, Washington DC, menyebut peristiwa tersebut sebagai tragedi bagi bangsa Amerika yang disebabkan oleh maraknya islamofobia.

β€œIni adalah tragedi yang sangat besar. Tiga orang muda yang berbakat dibunuh secara brutal tanpa tanpa alasan. Ini adalah tragedi untuk keluarganya, komunitas muslim, dan Amerika,” kata Profesor Jonathan Brown kepada detikcom, Jumat (13/2/2015).

Menurutnya, peristiwa tersebut memberikan gambaran kepada warga Amerika tentang dampak dari menyebarnya islamofobia. Meski belum diketahui secara pasti apa motif di balik penembakan itu, tapi dia percaya bahwa islamofobia bisa berdampak mengerikan bagi Amerika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

β€œInilah yang akan terjadi jika orang terus menyebarkan kebencian terhadap Islam. Meskipun seandainya pelaku itu tidak melakukannya karena dorongan agama, tapi akan ada orang lain yang melakukannya karena islamofobia,” tuturnya.

Dia mengatakan, islamofobia di AS meningkat pesat selama beberapa tahun belakangan, khususnya dengan terjadinya berbagai peristiwa serangan terhadap publik yang mendeskriditkan umat Islam, seperti percobaan pengeboman Time Square tahun 2010 dan pengeboman di Boston tahun 2014. Banyak orang merasa bahwa komunitas muslim merupakan ancaman bagi Amerika.

β€œCara mereka mempersepsikan komunitas muslim mirip dengan cara antisemitisme mempersepsikan Yahudi. Umat Islam dianggap sebagai unsur luar yang ingin menginvasi dan merebut Amerika,” ucapnya.

Meningkatnya islamofobia itu, lanjutan Profesor Brown, tidak lepas dari kondisi ekonomi dan sosial Amerika. Ketika secara ekonomi Amerika mengalami kesulitan, perasaan terancam semacam itu mudah timbul, dan rasa curiga terhadap komunitas islam gampang terpancing. Hal itu dibarengi dengan menguatnya ideologi sayap kanan di kalangan elite politik di Amerika.

β€œIslamofobia menjadi daya tarik ketika ekonomi sulit, banyak pengangguran, dan kalangan konservatif seperti Tea Party tidak lagi punya privllege di masyarakat,” katanya.

Mengingat dampaknya yang merusak, Profesor Brown berpendapat Pemerintah AS perlu melakukan upaya untuk mencegah merebaknya islamofobia. Pemerintah harus mengambil peran leadership dan rasional dalam memperlakukan komunitas muslim, antara lain dengan meluruskan persepsi negatif mengenai Islam.

β€œTidak benar anggapan bahwa muslim Amerika adalah sumber kekerasan. Secara statistik kejahatan yang dilakukan oleh orang Islam jauh lebih sedikit ketimbang orang dari agama lain. Dari sisi manapun, tidak ada fakta maupun data yang dapat menjustifikasi bahwa Islam adalah sumber utama kekerasan,” ucapnya.

Dia menyarankan perlunya dilakukan pendidikan yang lebih baik ke publik mengenai Islam. Publik harus sadar bahwa sebagai agama dengan 1,5 miliar pengikut, Islam tidak bisa digeneralisasi.

β€œKalau Islam memang sumber, tentunya akan ada banyak sekali pelaku kejahatan di dunia ini. Jika ada satu persen saja dari 1,5 miliar umat Islam yang melakukan kejahatan, bisa dibayangkan berapa banyak kejahatan yang terjadi,” tegasnya.

Profesor Brown Associate Director pada the Alwaleed bin Talal Center for Muslim Christian Understanding, Georgetown University. Lahir pada tahun 1977 dan dibesarkan sebagai seorang penganut Kristen Anglikan, Profesor Brown memeluk Islam pada usia 20 tahun. Dia banyak menulis buku mengenai Islam, antara lain Misquoting Muhammad: The Challenges and Choices of Interpreting the Prophet’s Legacy (Oneworld, 2014) dan Muhammad: A Very Short Introduction (Oxford University Press, 2011).






(fjp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads