Dalam buku 'Maulwi Penjaga Terakhir Presiden', seperti yang dikutip detikcom, Kamis (2/10/2014), saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 09.30 WIBβ saat mobil VW biru tua yang ditumpangi Soekarno tiba di Bandara Halim. Saat itu suasana masih sepi karena tak ada latihan personil AU. Ia ditemani Jaksa Agung Muda Sunario menuju gedung Komandan Operasi (Koops) AURI dan bertemu Laksamana Omar Dhani dan Leo Watimena yang sudah menunggu. Mereka datang untuk melaporkan situsasi yang terjadi.
Saat pertemuan sementara berlangsung, tampak 3 orang anggota AD datang. 1 orang menemui Soekarno di dalam dan 2 orang lainnya menunggu di luar. Pria yang menemui Soekarno saat itu adalah Panglima Tempur Mandala Siaga Brigjen Supardjo dan 2 orang lainnya adalah Mayor Bambang Supeno dan Mayor Sukirno. Yang saat itu menjabat sebagai komandan Batalyon Dharma Putra Kostrad -pasukan yang mengepung Istana Merdeka-.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sewaktu Brigjen Supardjo meninggalkan Koops AURI Halim, wadahnya kelihatan lesu dan kecewa sekali," kenang Maulwi.
Pertemuan itu adalah yang kali pertama antara Soekarno dan Supardjo. "Bung Karno menganggap Brigjen Supardjo sebagai komandan yang memimpin tindakan gerakan pembersihβan dan rupanya telah mengetahui sebelumnya bahwa Brigjen Supardjo adalah pelaksana utamanya," sambungnya.
Namun, saat dimintai keterang keterkaitan Soekarno dan G 30 S, oleh Ajudan Presiden Bambang Widjanarko, pertemuan itu dilaporkanβ sebagai pertemuan kedua Soekarno dan Supardjo. Menurutnya,sebelum di Halim, Supardjo sudah menghubungi Bung Karno melalui Omar Dhani pada 29 September. Saat itu, menurut Bambang, Supardjo sudah melapor tentang jenderal-jenderal AD yang tidak loyal terhadap Bung Karno dan kesiapan Supardjo dan pasukan AD yang siap bergerak.
Pertemuan di Halim tersebut, menurut Bambang adalah laporan Supardjo yang telah membunuh jenderal-jenderal AD dan ia mendapatkan pujian dari Bung Karno atas itu. Selain itu, Bambang juga menyebut Soekarno sadar dengan keberadaan pemimpin PKI D.N. Aidit di Bandara Halim Perdanakusuma melalui laporan Supardjo yang berkali-kali menghadap Bung Karno.
Namun, pernyataan Bambang tersebut diragukan karena ia sendiri tak berada di Halim Perdanakusuma saat Supardjo bertemu Bung Karno. Ia tiba di Halim sekitar pukul 11.30 WIB setelah pertemuan itu selesai. Bambang mengaku mendapat informasi tentang pertemuan itu dariβ Maulwi yang hadir. Namun, pernyataan ini dibantah Maulwi.
"Tidak pernah ada pembicaraan, informasi, diskusi antara saya dan Bambang Widjanarko waktu di Halim," ucap Maulwi.
Terlepas dari pernyataan Bambang Widjanarko, Presiden Soekarno meminta agar seluruh petinggi dipanggil untuk memberi keterangan yang lebih akurat. Ia memanggil Panglima AD, Panglima AL Laksamana RE Martadinata, Panglima Angkatan Kepolisian Sitjipto Judodihardjo dan Pangdam V Jaya Mayjen Umar Wirahadikusuma.
Pertemuan dilakukan di rumah Komodor Udara Susanto yang sehari-hari bertugas sebagai pilot pesawat kepresidenan Jetstar. Sebelum pukul 12.00, petinggi yang dipanggil Soekarno mulai berdatangan. Beberapa panglima sudah dihubungi dan menyatβakan siap datang, kecuali Pangdam Jaya V Umar Wirahadikusuma.
Kombes Pol Sumirat bersama Bambang Widjanarko datang menjemput Pangdam V Jaya Umar Wirahadikusuma di Markas Kodam V Jaya. Namun, Umar tak di sana. Umar diketahui sedang di markas Kostrad. Alasan ketidakhadiran Umar disampaikan. Pangkostrad Jenderal Soeharto. Selain itu, Soeharto juga menyampaikan agar seluruh instruksi untuk AD disampaikan melalui dia karena Panglima AD Ahmad Yani tak di tempat.
Raut muka Soekarno nampak kecewa saat Sumirat menyampaikan pesan Soeharto. Pertemuan itu pun dilanjutkan tanpa kehadiran Pangdam V Jaya.
Selama pertemuan berlangsung, para perwira berjaga di luar. Ada yang sekedar ngobrol namun ada juga yang sibuk mendengarkan siaran lewat radio transistor. Hal ini karena mereka tak mengetahui kejadian sebenarnya dan kejadian di Jakarta.
"Baru sekitar pukul 12.00 WIB, kami mendengar adanya pengumuman dari Letkol Untung mengenai Dewan Revolusi dan pembubaran kabinet. Ini berarti telah terjadi kudeta," kata Maulwi.
Radio yang sedang menyiarkan berita itu pun langsung dibawa ke Soekarno untuk diperdengarkan. Sore harinya, putra putri Soekarno diberangkatkan menuju Bandung dengan helikopter.
Dalam rapat terbatas di rumah Komodor Susanto, Presiden Soekarno mengangkat Jenderal Pranoto Reksosamudro sebagai caretaker Menteri/Panglima AD. Bambang Widjanarko-lah yang diutus untuk menjemput Pranoto.
Usai mencari tahu keberadaan Pranoto, Bambang menuju Kostrad dan menemui Soeharto. Soeharto sempat menanyakan posisi Presiden Soekarno dan meminta Bambang menyampaikan pesan jika Panglima AD Jenderal Ahmad Yani tak ada sehingga kepemimpinan sementara di tangannya. Ia juga meminta Bambang menyampaikan Pranoto tak dapat menghadap Soekarno.
Sekitar pukul 18.00 WIB, Pangkalan Udara kedatangan pasukan Angkatan Darat (yang belakangan diketahui pasukan yang sama yang mengepung Istana dan pendukung G 30 S). Mereka dilarang masuk dalam lingkungan pangkalan dan memilih menunggu di sepanjang jalan Jakarta by Pass.
βKedatangan pasukan ini dinilai sebagai ancaman untuk Bung Karno. Karena itu, Presiden Soekarno rencananya akan dibawa ke Istana Bogor agar tetap dapat memantau perkembangan di Jakarta. Soekarno menyetujui namun meminta waktu untuk menunggu Bambang yang bertugas memanggil Pranoto.
Bambang baru tiba di Halim sekitar pukul 20.00 WIB. Ia menyampaikan bahwa Pranoto berada di Markas Kostrad tapi tak mau menghadap. Ia juga menyampaikan pesan Soeharto yang ingin seluruh hal menyangkut AD melalui persetujuannya.
Mendengar itu, Soekarno marah. Namun, seakan tak peduli dengan kemarahan Soekarno, Bambang menyarankan agar Soekarno meninggalkan Bandara Halim karena paling lambat keesokan paginya pasukan Kostrad akan menyerbuβ. Di tengah saat genting itu, Soekarno mendapat kabar bahwa Pasukan Mayor Sukirno dan Bayor Bambang Supeno telah diberi ultimatum untuk menyerah ke Kostrad atau akan digempur.
Setelah laporan Bambang selesai, istri Soekarno Ratna Dewiβ yang dijemput supir pribadi Soekarno sudah tiba di Bandara Halim. Setelah itu, secara diam-diam sekitar pukul 22.30 WIB Soekarno keluar dari Halim.
Setelah Soekarno berjalan menuju Bogor, anggota DKP diperintahkan untuk menghubungi Soeharto untuk memberitahu Soekarno sedang menuju Istana Bogor. Sekitar 24.00 WIB, Maulwi dihubungi Soeharto dan ia melaporkan bahwa Soekarno telah tiba dengan selamat di Istana Bogor.
Tugas belum selesai, usai berkoordinasi dengan Soeharto, ia menghubungi Pangdam VI Siliwangi Ibrahim Aji untuk melaporkan keberadaan Presiden Soekarno di Istana Bogor.
"Setelah mengadakan pengaturan, pengecekan, dan pengamanan seperlunya di sekitar Istana Bogor, saya kemudian istirahat," ucap Maulwi.
(bil/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini