Erik yang mempunyai nama lengkap M Erlangga Adi Nugraha (32) tidak menyangka bisa lolos. Sebab dapil 3, tempat dia bertarung, merupakan dapil neraka. Banyak calon incumbent. Kuota kursinya juga terbatas, hanya 8.
"Sangat sulit di situ," kata Erik di rumahnya, jalan Sitapen, Kelurahan Kranji, Kecamatan Purwokerto Timur, Selasa (23/4/2014).
Erik yang maju dari Partai Gerindra ini mengaku hanya didampingi seorang teman saat berkampanye dan mengunjungi warga. Keduanya menggunakan motor maupun mobil VW kodok keluaran tahun 1963. Pernah sekali waktu, ban mobilnya terlepas di tengah sawah saat berkampanye.
"Kayak film Dono lah, tidak tau lagi jalan kok ban kiri belakang lepas dan ngegelinding ke tengah sawah," ujar pria yang mengenakan kemeja biru langit itu sambil tertawa terbahak-bahak.
Suami Betha Krismahardika ini bercita-cita membawa budaya Banyumas lebih dikenal masyarakat luas. Karena selama ini, dia menilai pemuda-pemuda di Banyumas kurang melestarikan budayanya. Sebaliknya, mereka lebih bangga dengan budaya luar.
"Saya berangkat dari seniman. Dapil saya budayanya banyak, terutama Baturaden yang merupakan desa wisata. Mudah-mudahan saya bisa menjadi penyambung lidah mewakili pemuda biar mereka ingat budaya Banyumas," jelas Erik yang saat ini fokus menjadi produser band-band baru di Jakarta.
Meski kelak menjadi wakil rakyat, Erik mengaku tidak bisa melepas begitu saja hobi bermusiknya. Dia akan tetap membuat lagu dan terus menggarap studio musik serta event organizer miliknya sendiri. Bahkan kini dia sedang mencoba menggeluti bisnis kuliner.
"Bisa stres saya kalo suruh melepas musik, bisa gila nanti," canda Erik saat sedang memamerkan lagu kampanye dirinya berjudul 'Dipikir Karo Nyoblos Nomor Wolu' yang diaransemen ulang dari lagu Taylor Swift.
Bagi Erik, memasuki dunia politik bukan hal baru. Sang ayah merupakan anggota DPRD Banyumas dan juga calon Bupati Banyumas pada 2008 lalu. Ketika terjun ke politik, Erik mulai merangkul massa dan maju sebagai caleg. Tapi tenyata tidak mudah.
"Mencari itu mudah, tapi mempertahankan yang sulit," jelas pria yang sudah mengeluarkan tiga album.
Erik menyebut dapilnya yang meliputi Kecamatan Sumbang, Baturaden, Sokaraja dan Kembaran, termasuk daerah yang angka buta hurufnya tertinggi. Untuk melakukan sosialisasi sangat sulit.
"Di lembar pilihan tidak ada gambar saya. Yang ada tulisan, nah itu dia. Masyarakat sana banyak yang buta huruf, jadi menjelaskan ke mereka yang agak sulit," ungkap Erik yang saat ini membantu Melly Goeslau mengansemen sekitar 5 lagu.
Tapi di tengah kesulitan tersebut, Erik mengaku mendapat banyak hikmah. Mulai dari mendapatkan banyak teman hingga merasakan kebersamaan.
"Kekeluargaannya erat dan cara menghargai orang itu besar. Beda dengan orang kota. Di sana meskipun mereka kedatangan tamu caleg, mereka tidak mengharap pamrih apa-apa. Itu sangat luar biasa. Saya banyak belajar tentang kebersamaan," tutup pria yang terus kedatangan banyak tamu yang ingin mengucapkan selamat.
(arb/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini