Dalam blog pribadi saat maju sebagai bupati tahun 2010, ada cerita tentang perjalanan hidup Marianus. Dia sempat putus sekolah ketika SMP, namun terus berjuang hingga akhirnya jadi pengusaha dan bupati.
Marianus Sae lahir di Kampung Bobajo, Kelurahan Mangulewa, Kecamatan Golewa, Ngada, pada tanggal 8 Mei 1962 dari pasangan Yohanes Daβe (asal Turenaru) dan Virmina Redo (asal Bobajo). Dia sempat bersekolah di SDK Bejo hingga kelas 4 dan menamatkan pendidikan di SDK Bajawa 1. Lalu, dia melanjutkan ke SMP PGRI Bajawa, namun karena himpitan ekonomi, dia terpaksa berhenti selama 4 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah ayahnya meninggal dunia, Marianus berjuang sendiri. Dia akhirnya bisa melanjutkan sekolah hingga tamat lalu masuk SMA Negeri Bajawa. Sambil bekerja dia kemudian berkuliah di Universitas Nusa Cendana, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Administrasi Pendidikan di tahun 1985. Di tengah jalan, kuliahnya terpaksa terputus kembali karena masalah ekonomi.
Karier profesional Marianus berawal sebagai karyawan asuransi. Dari mulai mencari nasabah hingga kepala unit dilakoninya. Namun dia akhirnya memutuskan untuk merantau ke Bali dan bekerja di perusahaan kargo. Sempat bekerja beberapa tahun, politisi PAN itu akhirnya membuat perusahaan sendiri. Di sinilah dia mulai sukses.
Tahun 1994, Marianus bersama investor asal Australia mengelola daerah wisata mata air panas Mengeruda, Soa, di bawah payung PT Ngada Paradise yang dipimpin olehnya hingga tahun 1996. Namun kerjasama ini tak berjalan mulus.
Gagal jadi pengusaha, Marianus kemudian jadi transmigran ke Kalimantan pada tahun 1997. Dia membuka peternakan ayam dan sempat terpilih jadi kepala desa. Namun karena ekonominya tak berkembang, Marianus pulang kampung pada tahun 1998 untuk bertani. Marianus kemudian memiliki usaha majalah pariwisata Flores Paradise. Lalu dia juga membangun PT Flores Timber Specialist yang berfokus pada usaha pengembangan kayu.
Tahun 2010, Marianus maju sebagai bupati Ngada bersama pasangannya Paulus Soliwoa. Berdua, mereka mengusung nama 'Mulus' sebagai jargon. Dalam Pilkada, pasangan itu mengalahkan tujuh kontestan termasuk bupati incumbent. Dia menang satu putaran dengan perolehan suara signifikan, 48 persen.
PAN, partai yang mengusung Marianus, memastikan bupati ini populer di kalangan masyarakat. Karena itu, meski Marianus melakukan aksi blokir bandara, dia tidak mendapat sanksi apa pun.
Seorang warga berkicau soal sosok Marianus di twitter. Dia menceritakan bagaimana kehebatan Marianus dalam bekerja. Dia juga dikenal sederhana karena hanya memakai kendaraan dinas Kijang Krista. Lalu, dia paling rajin saat ke kantor. Pukul 07.00 pagi sudah berada di ruangan dan kerap menindak PNS yang telat. Dia juga selalu mengajak warga ke kebun.
"Karakternya yg keras dan tegas trhadap birokrat, membuat sy menjuluki Bupati Ngada dgn sebutan " Ahok dari Flores" :)" kata warga tersebut dengan akun @gustibrewon.

Namun, semua prestasi Marianus harus tercoreng gara-gara aksinya yang memblokir bandara karena tak mendapat tiket Merpati. Sebuah penerbangan yang mengangkut 54 penumpang dari Kupang-Bajawa harus balik arah dan perjalana dialihkan lewat darat.
Tindakan Marianus bertentangan dengan Pasal 210 UU 1 Tahun 2009 tentang penerbangan yang menyebutkan setiap orang dilarang berada di daerah tertentu di bandar udara, membuat halangan (obstacle), dan/atau melakukan kegiatan lain di kawasan keselamatan operasi penerbangan yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan, kecuali memperoleh izin dari otoritas bandar udara.
Atas aksi ini, Marianus memang sudah minta maaf kepada penumpang, namun dia tak mendapat sanksi. Merpati pun memilih jalan kekeluargaan daripada memperkarakan ini ke polisi.
(mad/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini