Kirab & Kue Ganjel Rel dalam Tradisi Jelang Ramadan di Semarang

Kirab & Kue Ganjel Rel dalam Tradisi Jelang Ramadan di Semarang

- detikNews
Kamis, 19 Jul 2012 19:30 WIB
Arak-arakan dalam tradisi menjelang Ramadan di Semarang (angling ap/detikcom)
Semarang - Meski pemerintah belum menetapkan awal Ramadan, tradisi Kirab Budaya Dugderan di Semarang yang biasa dilakukan sehari sebelum puasa pertama sudah dilaksanakan. Acara berlangsung cukup meriah dengan ciri khas mengarak ikon kota Semarang yaitu Warak Ngendhog.

"Ini sudah menjadi tradisi tahunan yang merupakan simbol kebersamaan dan merupakan tradisi khas Kota Semarang," kata pelaksana tugas Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi dalam sambutannya menggunakan bahasa Jawa di halaman Balaikota, Jalan Pemuda, Semarang, Kamis (19/7/2012).

Kepala Seksi Sejarah Nilai Tradisi dan Kepurbakalaan Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Erni Rejeki mengatakan Kirab Budaya Dugderan bukan sebagai penanda awal puasa, namun hanya sebuah tradisi yang perlu dilestarikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dilaksanakan hari Kamis (19/7) ini karena besok hari Jumat dan ada kegiatan salat Jumat. Jadi dipercepat," katanya.

Tradisi yang diikuti oleh 16 kecamatan tersebut dibuka sekitar pukul 13.00 WIB dengan penabuhan bedug oleh Plt Wali Kota Semarang yang dalam acara berlaku sebagai Kanjeng Bupati Semarang, Radenmas Tumenggung Arya Purbaningrat di halaman Balaikota. Berikutnya barisan pawai berjalan dari jalan Pemuda menuju Jalan Kauman dimana prosesi acara selanjutnya akan dilaksanakan.

Ternyata tidak hanya warga Semarang yang menyaksikan acara tersebut, terlihat juga beberapa turis asing menyaksikan Kirab Budaya Dugderan. Salah satunya adalah Sarah, warga Jerman. Ia mengaku tertarik dengan adat khas Semarang itu.

"Sangat menarik. Dengan masyarakat datang berduyun-duyun seperti ini otomatis memberikan pengetahuan budaya kepada banyak orang," ujar Sarah.

Sementara itu, pengunjung lokal bernama Masrokin justru tertarik dengan acara pembukaan dimana pejabat Kota Semarang diharuskan menggunakan bahasa Jawa halus dalam sambutannya. "Saya tertarik sama pembukaannya tadi. Memakai bahasa Jawa semua," katanya.

Diawali dengan rombongan dari kelompok kecamatan dan beberapa sekolah serta universitas, acara berlangsung dengan lancar. Arak-arakan Warak Ngedhog berwujud binatang berkaki empat dengan kepala naga dari ukuran kecil sampai besar berbaris menyusuri Jalan Pemuda. Salah satu pembuat Warak dari SMAN 1 Semarang, Wahyu mengaku butuh waktu tiga bulan untuk membuat Warak setinggi tiga meter.

"Tingginya sekitar tiga meter. Terbuat dari kayu dan plastik warna-warni. Waktu pembuatannya tiga bulan," tutur Wahyu.

Di tengah rombongan terlihat kereta kencana antik yang diikuti kereta kuda hias yang dikawal anggota kepolisian berkuda. Dalam kereta kencana tersebut ditumpangi oleh Hedrar Prihadi dan istrinya, sementara itu kereta kuda di belakangnya berisi Muspida, SKPD dan penggiat pariwisata Kota Semarang.

Setelah berkarnaval di sepanjang Jalan Pahlawan, acara berlanjut di Masjid Agung Kauman di Jalan Kauman. Di sana warga sudah menanti-nanti kehadiran Plt Walikota sebagai Adipati Semarang untuk membagikan kue Ganjel Rel dan air Khataman Al Qur'an.

Namun sebelum pembagian kue khas Dugderan tersebut dibagikan, Adipati Semarang menabuh bedug masjid dikuti bunyi meriam yang dibunyikan beberapa kali. Dug dug dug! Duer! Dari bunyi bedug dan meriam itulah asal usul nama Dugder tercipta sejak tahun 1881 saat Pemerintahan Kanjeng Bupati RMTA Purbaningrat.

Berikutnya adalah acara yang sangat dinanti warga yaitu pembagian kue Ganjel Rel dan air Khataman Al Qur'an. Berbondong-bondong warga langsung meyerbu panggung tempat di berikannya kue dari tepung dan gula merah tersebut. "Sudah disiapkan lebih 5000 kue Ganjel Rel," kata Imam Masjid Agung Kauman, Muh. Azim Wasik.

Ribuan warga berdesakkan untuk memperoleh kue tersebut karena dipercaya perpaduan kue Ganjel Rel dan air Khataman dapat memperkuat diri ketika menjalankan ibadah puasa. Dari anak kecil hingga orang tua nampak berebut roti, ada yang memperoleh lebih dari satu kue, namun ada juga yang hanya bengong karena takut berdesakkan. Meski demikian, warga terlihat menikmati acara tersebut.

Ditengah prosesi pembagian kue Ganjel Rel, hujan mulai turun setelah plt Wali Kota Semarang dan rombongan beranjak dari Jalan Kauman. Rentetan acara khas Kota Semarang itu pun berlangsung dengan lancar.

Sebelumnya awal acara Kirab Budaya Dugderan 2012 sudah dimulai sejak pagi tadi. Ratusan siswa dari TK, SD, dan SMP se-Kota Semarang memadati lapangan Simpang Lima sejak pukul 06.30 WIB. Mereka berjalan menuju Jalan Pahlawan dengan dandanan unik dan baju adat.

Salah satu peserta dari SD Palebon 01 Semarang, Mahardika Salsabila Ananda Hardi pagi tadi mengaku senang mengikuti acara kirab walaupun siswa kelas lima tersebut harus berjalan dengan dandanan tokoh wayang, Semar.


(alg/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads