"Kalau bicara tidak setuju dengan gagasannya Irshad Manji, GP Ansor juga banyak tidak setuju dengan gagasan dan pemikiran tersebut. Tapi bukan berarti menutup pintu diskusi. Kalau mendiskusikan masalah yang kita tidak setujui saja sudah tidak boleh, apalagi di kampus, ini namanya fasisme," kata Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid, Rabu (9/5/2012).
Karena itu pembatalan diskusi di UGM, semestinya tidak terjadi. UGM sejak dahulu dikenal sebagai kampus pencerahan dan kebebasan berpikir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Negara Indonesia adalah negara yang mengagungkan kebebasan berpikir dan menghargai pemikiran.
Kalau ada pihak yang khawatir terhadap masa depan bangsa Indonesia dengan cara menolak diskusi, itu hanya kekhawatiran berlebihan.
"Mana ada negara akan maju, kalau menutup diskusi hanya karena kita tidak setuju dengan isi pendapat orang. Kalau nggak setuju ya nggak usah ikut, atau nggak usah gabung diskusi. Tapi jangan melarang orang untuk berdiskusi," ujarnya.
Pendapat senada terkait pembatalan diskusi Irshad Manji juga datang dari SETARA Institute. Penolakan Irshad Manji, selain dilakukan atas dasar prasangka bahwa yang bersangkutan menyebarkan pemikiran yang kontroversial, juga merupakan cermin bahwa toleransi di tengah masyarakat kita semakin menipis.
"Sikap intoleran ini bukan hanya didominasi oleh organisasi-organisasi radikal yang selama ini mempromosikan politik penyeragaman atas nama agama dan moralitas, tetapi juga menjangkiti kalangan perguruan tinggi. Amat disayangkan, kalau perguruan tinggi membatalkan kegiatan akademik, semacam diskusi," jelas Wakil Ketua SETARA Institute Bonar Tigor Naipospos.
(ndr/nrl)











































