Dan Chen mengenakan gaun putih, menyewa fotografer dan membuat foto-foto prewedding, menyewa wedding planner dan menyewa ruangan banquet untuk merayakan pernikahan yang mengundang 30 teman-temannya.
Tak ada mempelai pria dalam foto-foto prewedding itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukannya aku anti pernikahan. Hanya berharap aku dapat menunjukkan ide berbeda dalam ikatan tradisi," imbuh Chen.
Pekerja kantoran di Taipei ini akan mengadakan resepsi tunggalnya bulan November 2010. Chen pun merogoh US$ 5.675 untuk resepsinya itu. Ibu Chen awalnya berkeras menentang ide Chen dan mengharuskan adanya mempelai pria, sebelum akhirnya menyetujui rencana pernikahan solo anaknya.
"Aku hanya berharap lebih banyak orang akan mencintai dirinya sendiri," kata Chen yang akan berbulan madu ke Australia ini.
Pastinya, Chen tak dapat mendaftarkan pernikahan solonya ini. Jika bertemu dengan pria yang tepat, Chen akan menikah lagi. "Kalau aku punya pacar tetap, aku tak akan melakukan hal ini," cetus Chen.
Pernikahan Chen ini dipublikasikan secara online dan mendapatkan komentar simpatik dari 1.800 netter.
"Saya pikir akan lebih dan lebih banyak lagi gadis yang seperti ini," ujar salah satu netter yang punya nama 'divagirl'.
Perempuan Taiwan menikah telat akhir-akhir ini seiring dengan meningkatnya status ekonomi mereka. Hal ini membuat Pemerintah Taiwan cemas karena menurunkan angka kelahiran dan berdampak pada produktivitas.
Menurut survei Kementerian Pendidikan Taiwan di awal tahun 2010 ini, hanya 40 persen perempuan yang membayangkan bahwa orang menikah hidup lebih baik dibanding melajang.
(nwk/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini