Klaim Clara Sumarwati sebagai orang pertama Indonesia yang berhasil mendaki puncak Everest memang sudah menggema sejak 1996, beberapa saat setelah Clara pulang ke Indonesia. Namun setelah itu muncul kontroversi karena Clara tidak bisa membuktikan bahwa dia mencapai puncak. Berbagai keganjilan pun muncul. Setelah ekspedisi itu, Clara pun masuk RS Jiwa di Magelang. Dia dirawat berkali-kali sejak 1997 dan saat ini masih dirawat di RS tersebut.
Bila Clara tidak mencapai puncak Everest, maka orang Indonesia pertama yang bisa mendaki puncak Everest adalah Asmujiono. Dia mendaki Everest pada 1997 bersama Tim Kopassus yang dibentuk oleh Danjen Kopassus saat itu, Mayjen Prabowo Subianto. Saat itu, Asmujiono masih berumur 25 tahun dan berpangkat sersan satu. Tim terdiri dari Kopassus, Wanadri, Mapala UI, Rakata, RCTI, dan beberapa kelompok pecinta alam lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bangga seorang putri seperti Ibu Clara memiliki semangat yang luar biasa dan berani mendaki Everest. Terlepas dia sampai puncak atau tidak, saya tetap bangga dengan Ibu Clara," kata Asmuji saat berbincang-bincang dengan detikcom, Selasa (13/10/2009).
Dia mengaku klaim Clara sebagai pendaki puncak Everest memang diragukan dan menjadi kontroversi. Banyak pihak meragukan Clara, karena tidak memiliki bukti kuat. Karena itu, Asmuji berharap Clara bisa terbuka dan jujur dengan klaim ini, dan bisa memberikan bukti-bukti sehingga klaimnya tidak diragukan.
Ekspedisi Everest 1997
Ekspedisi ke Gunung Everest memang tidak mudah. Perlu waktu persiapan lama dan dana yang cukup banyak untuk mendaki gunung tertinggi di dunia yang terletak di Nepal ini. Gunung ini memiliki ketinggian 8.848 mdpl.
Asmuji yang memang sudah berprestasi dalam pendakian gunung di Indonesia diikutkan dalam Ekspedisi Everest yang digagas Danjen Kopassus pada 1997. Setelah diseleksi, ada 33 orang yang tergabung dalam tim ini dan diberangkatkan ke Nepal.
Di Nepal, dilakukan seleksi kembali. Hasilnya 16 orang terpilih untuk mendaki Everest, termasuk Asmuji. Tim dibagi menjadi dua. Satu tim yang terdiri dari 10 Orang diberangkatkan melalui sisi selatan, sedangkan tim lainnya yang berjumlah 6 orang diberangkatkan dari sisi utara. Asmuji masuk tim yang diberangkatkan dari sisi selatan.
Pendakian pun dilakukan. Beberapa orang di tim Asmuji berguguran. Sampai akhirnya, terpilih 3 orang yang tercepat untuk terus melanjutkan ke puncak Everest. Asmuji menjadi salah satu dari tiga orang yang terpilih itu. Dua orang lainnya adalah Kapten Misirin (Kopassus) dan Letkol Iwan Setiawan yang menjadi komandan tim (Kopassus). Dua orang dipilih sebagai cadangan, yaitu Sugiarto (FPTI/Federasi Panjat Tebing Indonesia) dan Sertu Parno (Kopassus).
Tiga orang yang terpilih itu kemudian mendaki dari satu camp ke camp yang lebih tinggi. "Saya akhirnya yang berhasil sampai Puncak. Saya tiba di Puncak pada 26 April 1997, pukul 15.40 waktu Nepal," ujar Asmuji.
Sayang, dua pendaki dari Kopassus gagal sampai ke titik puncak. Kapten Misirin hanya bisa sampai titik 16 meter sebelum titik puncak, meski sudah berada di area puncak. Sedangkan Iwan Setiawan hanya bisa sampai di titik 30 meter sebelum puncak. "Dari ekspedisi ini, saya dan Kapten Misirin yang mendapat sertifikat sebagai Summiter," terang Asmuji.
Agar keberhasilannya sampai puncak tidak diragukan, Asmuji pun menyiapkan bukti, termasuk foto dan video. Dia juga berpose mengenakan baret merah Kopassus dan memasang bendera Merah Putih di tiang segitiga di titik tertinggi puncak Everest. Nama Asmuji pun tercatat sebagai pendaki puncak Everest di everesthistory.com. Saksi-saksi bahwa dia sampai di puncak pun sangat banyak, tidak seperti yang dialami Clara.
(asy/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini